Mohon tunggu...
Ngainun Naim
Ngainun Naim Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Penulis buku JEJAK INTELEKTUAL TERSERAK (2023). Dosen UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung Jawa Timur. Pengelola http://www.spirit-literasi.id. dan http://www.ngainun-naim.blogspot.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keikhlasan dan Keajaiban

6 September 2022   12:39 Diperbarui: 6 September 2022   12:53 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ngainun Naim

Judul catatan sederhana ini terinspirasi dari tulisan Prof. Dr. Nasaruddin Umar, M.A di buku karya beliau, Islam Nusantara Jalan Panjang Moderasi Beragama (Jakarta: Quanta, 2019).

Saat menemukan kalimat di judul ini saya merasa ada "klik". Kalimat ini rasanya menemukan momentumnya di tengah zaman yang semakin pragmatis ini.

Keikhlasan itu mudah diucapkan tetapi tidak dalam praktiknya. Sungguh tidak mudah untuk menjalani ikhlas. Namun demikian harus terus diupayakan sebagai ikhtiar untuk menjadi manusia yang semakin baik dari waktu ke waktu.

Ada sebuah uraian menarik dari Jalaluddin Rakhmat dalam buku Meraih Cinta Ilahi Pencerahan Sufistik (Bandung: Rosdakarya, 2004). Ia menulis bahwa ketulusan dan keikhlasan, meskipun kecil, bisa mengubah. Tentu aspek perubahannya bisa ditafsirkan secara beragam. Namun substansinya, keikhlasan itu bisa mengubah keadaan. Itulah barangkali yang dimaksudkan dengan keajaiban.

Saya teringat beberapa kisah tentang keikhlasan ini. Seorang kiai besar yang hidupnya hanya untuk mengaji konon suaranya saat mengaji tidak begitu keras. Padahal ada ratusan santri yang menyimak. Saat itu belum musim pengeras suara. Anehnya para santri bisa mendengar suara kiai secara jelas.

Ada lagi kisah seorang yang setia melantunkan adzan di masjid setiap hari. Beliau begitu tulus menjalani tugasnya tanpa pamrih. Tidak ada imbalan materi yang beliau terima. Namun beliau terus menjalani tugasnya secara ikhlas. Barakahnya, anak-anaknya pinter-pinter. Salah satunya menjadi penghafal Al-Quran.

Ada sangat banyak kisah yang menunjukkan hubungan yang erat antara keikhlasan dan keajaiban. Aspek yang lebih penting adalah menjalani keikhlasan itu sendiri. Ketika berharap keajaiban berarti sudah tidak ikhlas lagi.

Trenggalek, 5 September 2022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun