Mohon tunggu...
Najib Fachruddin Thoha
Najib Fachruddin Thoha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Paradoks Etnik Pujangga

Menulis buku Kumpulan Puisi Masa Transisi, Sajak Luka Kehidupan (antologi), Solusi Pembelajaran Online (antologi), Hilang & Kenang (antologi). Mahasiswa Sekolah Tinggi Islam Blambangan. Mengelola blog pribadi rudinperfect.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Puing Reruntuhan Kramat Tunggak

3 Mei 2021   05:53 Diperbarui: 3 Mei 2021   08:00 1065
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Duluan ya mbak, buk." Kalimat itu yang selalu keluar dari mulut Fina setiap kali wanita disekitarya memandangnya dengan penuh rasa iri. Dan selalu, pamitan Fina itu hanya dibalas dengan cibiran mulut mereka.

Tidak dengan malam itu. Sampai pukul setengah tiga Fina masih duduk terkulai menanti pahlawan yang tak kunjung menjemputnya. Akhirnya dia memilih untuk meninggalkan cafe itu tepat 15 menit sebelum jam 3 pagi. "Mungkin libur dulu untuk malam ini" dalam benaknya.

"Saya pulang dulu ya mbak, buk. Udah pagi takutnya ntar Fina kesiangan." Izin Fina kepada teman-temannya.

"Iya iya, tumben lu Fin malem ini gk dapet jatah. Ntar di sekolah lu kedipin aja guru mu. Ajakin buat ntar malem. Hahaha" guyon wanita yang paling senior diantara mereka.

"Ah bisa aja ibuk ini, masa iya Fina maen sama guru sendiri." Balas Fina, sudah biasa dia menjadi bulan-bulanan oleh orang-orang disekitarnya.

"Bisa aja Fin kalau lu mau, jangankan Gurumu, bisa jadi Pak Gubernur aja klepek-klepek kalau lu godain." Tidak ada pembicaraan yang lebih asyik buat mereka selain membuly Fina habis-habisan.

Fina lebih memilih mesem menanggapi candaan teman-temannya yang kian menjadi-jadi. Fina memang masih sekolah. Dia siswi kelas 11 di SMA Negeri 13 Jakarta atau dikenal juga dengan nama GALAS. Di GALAS dia bertemu dengan cowok bejat yang menaklukkan hatinya. Memberikan janji-janji manis di bibirnya. 

Betapa bengisnya pemuda itu. Dia lah yang menggantarkannya ke Cafe remang-remang di wilayah Jakarta Islamic Center. Menggenalkannya pada mucikari-mucikari kelas kakap. Menjerumuskannya pada jurang kehidupan yang sangat hina. Jika ada yang harus disalahkan atas dosa-dosa yang dia perbuat. Pemuda itulah yang paling bersalah.

Dulu ibunya menggunakan semua tabungan Ayahnya untuk memasukkannya di Sekolah Menengah Atas Negeri favorit yang berada di bilangan Koja, Jakarta Utara itu. Fina tergolong gadis yang pintar. Dia selalu mendapatkan rangking 1 di Sekolah Dasar dulu. Alasan itu juga yang membuat ibunya lebih memilih untuk menyekolahkannya dibandingkan Kakaknya yang pernah tidak naik kelas semasa SD dulu. Kini kakaknya sibuk bekerja serabutan di kampung, tinggal bersama ibunya yang sudah tua.

Tepat di Lampu Merah Bangkal ada segerombol masa yang berkerumun. Fina lebih memilih untuk melanjutkan perjalanan pulang. Dari gonjang-gunjing mereka Fina menyimpulkan, sepertinya ada korban tabrak lari. Avanza yang menabraknya terbirit-birit pergi, sama sekali tak tau tanggungjawab. 

Sempat ada warga yang mengejarnya, namun mobil itu lebih cepat melaju melintasi jejalan Jakarta yang lenggang didini hari. Fina harus sekolah, untuk itu dia tidak berhenti untuk sekedar melihat keadaan korban tabrak lari itu. Kos-kosannya sudah dekat. Selama hidup di Jakarta, Fina tinggal di Rumah Kost TBR di Jalan Walang Baru, Tugu Utara, Koja. Tidak jauh dari tempatnya bersekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun