Mohon tunggu...
Dwi Suparno
Dwi Suparno Mohon Tunggu... Administrasi - Pejuang Receh

Kuli pabri..Bisa ditemui di nfkaafi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Sanira, Solusi Permasalahan Sampah Ramah Lingkungan

23 Desember 2015   23:37 Diperbarui: 24 Desember 2015   00:07 1236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rutinitas berangkat serta pulang kerja yang selalu melewati rute jalan yang sama membuat saya hafal kondisi di setiap sisi tepian jalan tersebut.Terdapat beberapa tempat yang sisi tepian jalannya berubah fungsi menjadi tempat pembuangan sampah.Bahkan beberapa kali saya memergoki pemakai jalan dengan santainya tanpa ada rasa bersalah membuang sampah di tempat tersebut sambil berlalu.

Karena dianggap 'aman aman' saja,banyak orang yang akhirnya menganggap tempat tersebut sebagai tempat membuang sampah miliknya.Karena jaraknya lumayan jauh dari pemukiman,tumpukan sampah yang awal mulanya sedikit dalam beberapa minggu kemudian sudah bertambah banyak.Sebagian besar sampah yang dibuang didominasi sampah rumah tangga terutama kantong plastik dan botol plastik.

Memasuki bulan Desember ketika hujan sudah mulai turun,tumpukan sampah di tepi jalan tersebut mulai menimbulkan masalah.Sampah yang mulai membusuk serta bercampur dengan air hujan menyebabkan timbulnya bau busuk yang menyengat.Kerumunan lalat terlihat mengerubungi sebuah buah yang sudah busuk.Sehingga setiap saya melewati lokasi pembuangan sampah tersebut,jauh jauh sebelumnya saya harus menutup hidung.Tidak hanya saya sendiri saja yang melakukan aksi 'tutup hidung' tersebut,banyak pemakai jalan lainnya yang juga ikut menutup hidungnya setiap melintasi lokasi pembuangan sampah tersebut.

Tidak hanya di lokasi tersebut diatas saja saya menemukan tumpukan sampah yang dibuang sembarangan oleh pemiliknya.Masih dalam satu rute jalan yang sama,tepatnya di pinggir jalan Yogya-Wonosari km 13 tedapat tempat pembuangan sampah ilegal.Lokasi ini bahkan berada di tepi sungai yang airnya masih mengalir.Di tempat ini sebagian besar sampah juga didominasi sampah rumah tangga yaitu kantong plastik serta berbagai macam botol plastik.Beberapa bungkus plastik sampah tersebut terlihat hanyut terbawa air sungai.Tidak jauh berbeda dengan di lokasi pertama, di lokasi kedua ini bau busuk sampah yang menyengat juga sudah menyebar.Kerumunan lalat beterbangan yang sedang mencari makan.Padahal disekitarnya terdapat rumah makan serta ruko yang selalu ramai oleh pembeli.

Berkaca pada kedua kasus tersebut diatas,ternyata permasalahan sampah tidak hanya melanda kota besar saja seperti Ibu Kota Jakarta,kota kecil sekelas kecamatan Piyungan,tempat tinggal saya saat ini juga mengalaminya.Kedua contoh diatas hanya sebagian kecil dari tempat pembuangan sampah ilegal yang saya temui.Seperti fenomena gunung es,masih banyak lokasi pembuangan sampah lainnya yang belum terdeteksi.

Penyebab dari fenomena menjamurnya tempat sampah ilegal tersebut adalah maraknya pembangunan perumahan yang tidak diimbangi dengan adanya tempat pengelolaan sampah untuk penghuninya.Selain itu di sebagian besar perkampungan dengan semakin sempitnya lahan pekarangan yang dipunyai setiap penduduk membuat tidak ada tempat lagi untuk mengelola sampah.

Akhirnya sampah rumah tangga dibuang disembarang tempat,di tepi sungai,di tepi jalan yang sepi,lahan kosong yang tidak bertuan bahkan ada yang masih nekat dibuang di sungai.Faktor kedisplinan warga masyarakat dalam membuang sampah ke TPA yang belum membudaya juga turut andil terkait masih banyaknya lokasi pembuangan sampah ilegal.

Semakin meningkatnya aktivitas masyarakat,pertumbuhan sampah terutama sampah plastik juga semakin meningkat.Masih banyak masyarakat yang menggunakan cara konvensional dalam pengelolaan sampah plastik yaitu dengan cara dibakar.Dengan cara tersebut mengakibatkan pencemaran udara.Apalagi untuk jenis material plastik tertentu,sangat berbahaya bila dibakar karena akan menimbulkan gas beracun.Sementara itu bila dipendam/dikubur,plastik membutuhkan waktu ratusan tahun untuk bisa terurai dengan tanah.

Bila kondisi ini dibiarkan berlarut larut tanpa ada solusi,sampah sampah plastik tersebut akan menimbulkan banyak masalah serius dikemudian harinya.Pencemaran lingkungan pasti terjadi seperti kualitas air tanah menjadi tercemar,menimbulkan bau menyengat yang mengganggu kenyamanan,keindahan pemandangan terganggu,dapat menimbulkan banjir karena aliran air tersumbat,merajalelanya bibit penyakit serta menurunnya kualitas tanah.Makanya agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan maka perlu dilakukan pengelolaan sampah plastik yang berkualitas.

Saat ini sudah ada segelintir anggota masyarakat yang peduli dengan pengelolaan sampah yaitu dengan cara membentuk Bank Sampah.Dengan adanya Bank Sampah ini,masyarakat diajak untuk secara bersama sama menggalakkan kembali budaya 3R yaitu Reduce,Reuse dan Recycle.Reduce artinya mengurangi produksi sampah rumah tangga,Reuse artinya memakai kembali sampah yang masih bisa dipakai seperti kertas dan plastik dan Recycle artinya mendaur ulang kembali sampah-sampah tersebut menjadi produk yang bermanfaat.

Agar Bank Sampah ini tetap bisa eksis berdiri, dibutuhkan kepedulian dari semua warga masyarakat dengan cara secara disiplin melakukan pemilahan sampah yang akan disetorkan ke Bank Sampah.Dan inilah tantangan terberatnya. Merubah karakter dan mendisiplinkan masyarakat akan pengelolaan sampah.yang berkualitas dan ramah lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun