Mohon tunggu...
Abdul Haris
Abdul Haris Mohon Tunggu... Freelancer

Autodidak nekat, tidak lulus PAUD, hobi baca spanduk, hobi olahraga jalan kaki, dan bekerja online dari rumah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun, Paus Fransiskus Wafat Meninggalkan Pesan Berharga

24 April 2025   12:20 Diperbarui: 24 April 2025   21:06 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paus Fransiskus bukan sekadar pemimpin agama, tapi juga suara nurani dunia (Ilustrasi AI by Abdul) 

"Kematian bukanlah akhir dari segalanya, tapi sebuah permulaan atas segala sesuatu. Itu adalah awal yang baru. Karena kehidupan abadi, yang sudah dialami oleh mereka yang memulai cinta kasih di bumi, adalah awal dari sesuatu yang tidak akan pernah berakhir," -  Paus Fransiskus (dikutip Reuters, pengantar buku Angelo Scola)

"Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun..."  (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami akan kembali - Al Qur'an : Al-Baqarah: 156) 

Pesan yang ditulis Paus Fransiskus itu menyentak banyak hati dan menggugah banyak kalangan lintas agama. Sebuah pesan terakhir yang lebih terdengar seperti wasiat spiritual, bukan sekadar renungan. Bagi umat Katolik, ucapan Paus Fransiskus adalah ungkapan iman. 

Tapi bagi para pencari jalan cinta Tuhan, seperti para ahli tasawuf Islam, ini seperti gema dari hikmah lama yang pernah digaungkan para tokoh sufi sejak berabad-abad silam.

Dalam tasawuf Islam, kematian tak pernah dianggap sebagai tragedi. Justru sebaliknya, ia adalah momen yang ditunggu oleh hati yang rindu pulang kehadirat ilahi. Dalam bahasa sufistik, kematian adalah liqa': pertemuan kekasih dengan Sang Kekasih.

Mari kita sejenak membandingkan: apakah mungkin ungkapan spiritual dari seorang Paus Fransiskus bisa bersinggungan dengan hikmah tasawuf dari tokoh-tokoh besar seperti Imam Al-Ghazali atau Syekh Abdul Qadir Jailani?

Jawabannya: sangat mungkin. Karena kebenaran spiritual tidak mengenal batas agama, selama ia mengarah kepada Tuhan Sang Maha Pengasih dan Penyayang. 

Hakikat Kematian yang Sebenarnya

Kematian bukanlah hal yang asing bagi kita. Tapi mengapa setiap kali mendengar kabar duka, kita seakan disadarkan kembali bahwa hidup ini fana? Jawabannya mungkin ada pada satu kata: lupa, karena terlalu cinta dunia (Wahn). Mengingat mati bukan untuk membuat kita pesimis, tetapi agar hati ini tidak tertipu oleh dunia.

Bagi Imam Al-Ghazali, kehidupan ini hanyalah ladang ujian. Sedangkan mati, adalah saat menuai hasil. Dalam Ihya Ulumuddin, beliau menulis:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun