Krisis moral zaman ini bukan sekadar soal perilaku, tetapi menyangkut kerusakan paling dalam: kerusakan dalam orientasi hati. Ketika manusia mulai menuhankan uang, ego, dan kekuasaan, maka saat itu pula kesombongan dan takabur tumbuh subur. Inilah bentuk syirik moderen tersembunyi, yang mengundang kemurkaan Tuhan, bahkan sebelum datangnya hari pembalasan.
Kesombongan tak butuh waktu lama untuk menampakkan akibatnya. Tak perlu menunggu hukuman di akhirat. Ia membawa kehancuran, bukan hanya secara spiritual, tapi juga sosial, ekonomi, bahkan emosional. Orang bijak berkata:
“Kalau ingin kau cepat hancur tercerai-berai, maka sombonglah.”
Uang dan Ego: Tuhan Baru di Zaman Modern
Di era kapitalisme ini, manusia cenderung menilai segala sesuatu dari nominal. Harga diri ditakar dari saldo rekening. Kehormatan ditentukan oleh jabatan. Bahkan ibadah pun bisa menjadi formalitas untuk pencitraan. Uang bukan lagi alat bantu, tapi telah menjadi pusat kehidupan—berubah menjadi "tuhan pengganti".
Padahal, ketika manusia menggantungkan hidupnya pada materi, ia mulai kehilangan ketenangan batin, kejujuran, bahkan makna hidup itu sendiri. Kesombongan modern tidak berteriak keras, tapi menjalar diam-diam lewat pola pikir yang materialistik dan hedonistik.
Takabur: Mengingkari Nikmat Tuhan
Kesombongan muncul saat manusia lupa bahwa segala pencapaian bukan hasil tunggal usahanya. Ia lupa bahwa kesehatan, kecerdasan, peluang, bahkan keberuntungan, semuanya adalah titipan dan rahmat Tuhan.
Ketika seseorang berkata dalam hati: “Aku berhasil karena kemampuanku sendiri,” saat itulah ia mulai menandingi hak eksklusif Tuhan. Dalam hadis qudsi, Allah berfirman:
"Kesombongan adalah selendang-Ku, dan keagungan adalah pakaian-Ku. Siapa yang menyaingi-Ku dalam salah satu dari keduanya, maka Aku lemparkan dia ke neraka." (HR. Muslim)