Nuwun sewu, Bapak ...
"Ooo... Hlaadalah, paringono sabar nang, yen ra ditimbali rasah mundhuk-mundhuk sowan Bapak." mengkono pangandikane Romo lan Biyungku.
"Ooo... Wadhooh, sabar ya anakku lanang, kalau tidak di panggil, tidak usah nunduk menghadap Bapak." begitu kata Bapak dan Ibuku.
~~~
Yaitulah sekelumit pesan orang tuaku, waktu beliau masih hidup diatas sepetak tanah milik ibu Pertiwi.
Di takdirkan jadi orang kembre, titahing Gusti jadi orang kawula alit, rendah, kecil, tidak terlhat dari jendela istana raja.Tempatnya di bawah, dipinggiran, tidak / jangan memaksakan diri, naik dingklik, tangga, pohon atau genteng, percuma saja, tetap tidak akan kelihatan.
Malahan hasilnya kecewa, nelangsa dan mungkin sakit hati.
Naaa ... benar to ...Â
Baru di halaman, nginjak rumput pun belum sampai, sudah kelihatan, Bapak memberi peringatan.
"Sssssettt ... jok seru-seru." Bapak bilang, jangan keras-keras.
Tiwas bawa 'megaphone' wadah kondho, pengeras suara, supaya terdengar sampai pendopo. (beranda) istana.