Mohon tunggu...
armand yazin
armand yazin Mohon Tunggu... #inarmandastheniawetrust

IG: @armandasthenia | YouTube: @plazamultimediaTV | Beginner drummer | Cityzen di Manchester City FC | Just talk and wrote about Lyfe, Music and Football

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Wahai Lelaki, Jangan Pernah Marah Kepada Wanitamu

14 Februari 2025   22:54 Diperbarui: 14 Februari 2025   22:54 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
love (sumber: forbes)

Tak 'kan sedih kumenangis..

Tak 'kan pula tertawa..

Bayangmu 'kan s'lalu bersinar walau waktu berjalan..

(Terbang, The Fly)

 
Di siang hari itu menjelang sembahyang luhur berkumandang, mentari bersinar dengan cerah. Eyang Uti begitu aku biasa memanggil beliau. Sosok yang sangat Jawa cenderung feodal. Style beliau hampir mirip dengan first lady Ibu Tien.

Semenjak  Eyang Kakung meninggal, Eyang Putri lebih sering bertandang ke rumah kami. Beliau bukanlah Eyang Putri kami yang tepat secara hierarki keluarga, karena beliau bukanlah Ibu dari ayah atau ibu kami, beliau kami panggil demikian karena beliau yang tertua diantara kakek-nenek kami yang masih ada.

Dan jarak rumah kami hanya berbatas 2 tembok bangunan yang tepisah jarak 100 sentimeter, Beliau tempat kami berkumpul tatkala Idul Fitri tiba, beliau tempat kami datang berujud bakti dan sungkem memohon maaf dan meminta do'a restu saban hari raya tiba, walaupun pada kenyataannya beliau berbeda keyakinan dengan kami.

Siang itu hanya aku dan Uti diruang tamu rumah, beliau berbicara ngalor-ngidul tentang romantisme masa silam, saya yang muda belia kala itu hanya bisa menimpali dengan kalimat standar "Inggih uti". Beliau mungkin ingin berbicara dan didengar guna mengusir rasa sepi semenjak Eyang Kakung meninggal.

Hingga tibalah ditengah perbincangan kala Uti berkisah tentang Eyang Kakung, aku masih ingat ketika beliau bercerita sembari mata menerawang, dan aku masih ingat ketika tanpa sadar air mata beliau menetes dipipi. Dan sesekali beliau tersenyum bahagia mengenang masa lalu.

"Armand, tak ceritani to.. Kakungmu itu ndak pernah marah." tutur beliau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun