Mohon tunggu...
Roneva Sihombing
Roneva Sihombing Mohon Tunggu... Guru - pendidik

Penyuka kopi, gerimis juga aroma tanah yang menyertainya. Email: nev.sihombing@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Congklak, Pelajaran Hidup untuk Menjadi Tak Congkak

2 November 2021   23:02 Diperbarui: 2 November 2021   23:36 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Congklak adalah salah satu permainan tradisional yang masih aku mainkan sampai sekarang. Dulu, aku memainkan permainan ini dengan teman-teman di sekolah, dengan tetangga-tetangga di sebelah rumah, dengan adik-adik di rumah. Pertemananku dengan permainan ini telah melampaui 4 dekade. Dan, pertemanan kami masih tetap akrab sampai saat ini.

Pernah terjadi di masa kecil dulu, karena sangat ingin bermain congklak, aku dan beberapa teman sekolah berinisiatif menggali lobang kecil di halaman sekolah sebanyak 7 buah 2 berbanjar sehingga berjumlah 14 lobang dan sebuah lobang agak besar di masing-masing ujungnya. Maka ada 14 lobang kecil dan 2 lobang agak besar. 

Bagaimana dengan bijih-bijihnya? Sekolahku berada di tepi jalan raya dan berjarak sekitar 100 meter dari  pantai. Maka, ketika waktu istirahat tiba, kami berlari ke pantai dan mencari keong-keong kecil di tepi pantai. Sebelum mendekati pantai, kami akan melewati perumahan penduduk. Beberapa teman sekolahku, tak jauh dari sekolah dan pantai. 

Keong-keong kosong yang berhasil kami temukan di sepanjang tepi pantai, kami gunakan sebagai bijih-bijih pada congklak tanah kami. Jika 1 lubang menggunakan 7 buah keong kecil, makan 14 lubang membutuhkan 98 biji keong kecil. Dalam waktu seminggu, kami berhasil mengumpulkan bijih-bijih untuk congklak yang kami butuhkan.

Waktunya bermain...
Hanya ada 1 set congklak yang ada, maka hanya akan ada 2 orang yang bermain. Dua orang pertama yang lebih dulu tiba ditempat lubang-lubang conglak dibuatlah, yang akan bermain duluan. Pemain berikutnya adalah orang yang datang kemudian. Setiap kali seorang teman kalah bermain, dia akan segera bangkit untuk segera digantikan oleh teman yang lain. Kemudian, teman yang baru masuk bermain akan bermain dengan teman yang menjadi pemenang di babak sebelumnya. Begitu seterusnya, bergantian, hingga waktu istirahat berakhir. Kadang kala, kami lanjutkan bermain sepulang sekolah. 

***

Kesukaan bermain congklak ini, aku ajarkan pada Omi. Omi adalah seorang anak yang memiliki tumpukan energi yang sangat banyak dibalik kulitnya... Bermain congklak adalah salah satu cara melatih Omi agar bisa duduk dengan tenang. 

Selain itu, ada banyak nilai dan pelajaran hidup yang bisa dibagikan untuk Omi, antara lain:

1. Menunggu gilliran
Bermain congklak harus dilakukan secara bergantian. Giliran bermain akan berganti jika buah yang dibagikan ke seluruh lubang kecil tak tersisa lagi dan berhenti di lubang congklak yang tidak ada bijinya sama sekali. Sehingga, tidak ada biji congklak yang akan dibagi.
Menunggu giliran teman main hingga biji congklaknya habis, membutuhkan latihan terus menerus.

2. Duduk dengan tegak
Salah satu kemampuan kognitif yang harus dipelajari anak-anak untuk tumbuh adalah duduk dengan tegak. Kecakapan ini tentu harus dilatih menggunakan kegiatan yang menyenangkan seperti bermain congklak.

3. Mengakui kemenangan lawan
Dalam permainan congklak, orang yang mengumpulkan bijih keong paling banyaklah yang menang. Bermain berhadap-hadapan dan saling menyaksikan, membuat anak-anak bisa melihat jika jumlah biji congklak lawan lebih banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun