Mohon tunggu...
Roneva Sihombing
Roneva Sihombing Mohon Tunggu... Guru - pendidik

Penyuka kopi, gerimis juga aroma tanah yang menyertainya. Email: nev.sihombing@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Samosir, Kampung dengan Banyak Halaman untuk Dikisahkan (Bagian 5)

23 September 2021   03:11 Diperbarui: 23 September 2021   03:22 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pertengahan tahun 90an, oppung doli dari pihak mamak, mangkat. Pada hari ketika berita itu tiba di kediaman kami, dalam waktu kurang dari 24 jam, kami harus bersiap-siap menempuh perjalanan jauh, panjang dan melelahkan. 

Pagi keesokan harinya, kami melakukan penerbangan ke kota Medan. Setibanya di bandara Polonia (ketika itu, bandara Kualanamu masih belum ada) dari kota kami, kami sudah ditunggu bapatua, bapauda dan seorang sopir beserta mobil carteran. 

Berjam-jam kemudian, tanpa sempat istirahat ke rumah keluarga, kami menempuh perjalanan darat dari Medan menuju Ajibata, pelabuhan feri, sesegera mungkin. Cepat, segera dan selamat. Transportasi selanjutnya, kami melanjutkan perjalanan menggunakan feri. Feri terakhir menuju Tomok, pulau Samosir, berangkat pkl 21.00 waktu Ajibata. 

Sejak kelokan di Parapat entah ke berapa, ketika dari kejauhan sudah terlihat pelabuhan, pak sopir sudah membunyikan klakson memberi tanda agar feri mau menunggu penumpang yang akan ikut menuju pulau Samosir. Setiap beberapa menit, pak sopir membunyikan klakson sambil sesekali mempercepat laju mobil.

Ketika akhirnya tiba di pelabuhan Ajibata, feri sudah meninggalkan dermaga. Lampu feri terlihat mungil di tengah perairan danau Toba.

Setelah berdiskusi dengan bapatua dan bapauda, bapak memutuskan bahwa kami melanjutkan perjalanan menggunakan kapal kecil yang menggunakan mesin dengan kapasitas penumpang sekitar 30 orang. Jadi lumayan lega untuk kami.

Kapal berlayar ke arah kiri pelabuhan Ajibata. Jika memperhatikan peta, kapal bergerak ke arah utara danau Toba, berbelok ke barat, dekat Onan Runggu lalu menuju Nainggolan. 

Permukaan danau Toba terlihat tenang. Nyaris tidak ada riak besar. Tidak tampak ada aktifitas di atas danau. Entah nelayan sedang memancing, entah kapal kecil lain yang sedang mengantarkan penumpang menuju ke pelabuhan terdekat, entah seseorang yang sedang pulang menggunakan solu (=perahu) dari bertamu ke rumah kerabatnya di kampung sebelah. 

Gelapnya malam membuat perasaan gentar dan cekam datang ketika melihat betapa gelapnya suasana di permukaaan danau. Di kejauhan tampak bukit-bukit yang sedang beristirahat diselimuti malam. 

Warna hijau perbukitan tersebut terlihat gelap. Bintang-bintang terlihat lebih terang dan menggantung dekat di sudut-sudut bukit terjauh. Angin berhembus tipis namun hawa terasa sangat dingin bikin menggigil. Malam yang terasa sunyi sekali.

Ketika kapal cukup dekat berlayar di pesisir danau dekat pulau Samosir tanpa khawatir kandas ataupun tersangkut karena dataran yang landai, terlihat rumah-rumah yang terlihat mungil karena bidang luas berlatarkan langit. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun