Mohon tunggu...
Roneva Sihombing
Roneva Sihombing Mohon Tunggu... Guru - pendidik

Penyuka kopi, gerimis juga aroma tanah yang menyertainya. Email: nev.sihombing@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Samosir, Kampung dengan Banyak Halaman untuk Dikisahkan (bagian 4)

21 September 2021   02:53 Diperbarui: 21 September 2021   04:08 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setiap orang Batak tahu bahwa setiap pribadi dalam keluarga Batak akan menyandang nama keluarga (marga) di belakang nama mereka. Setiap orang Batak tahu atau kelak mewarisi pengetahuan tentang siapa oppung-oppung mereka. Juga informasi tentang generasi ke berapa kah mereka pada marga tertentu.

Batak memiliki 6 suku besar yang tinggal di daratan Sumatera Utara. Sebagian klan keluarga Batak Toba ada di Pulau Samosir. Namun, ada begitu banyak lagi yang tersebar di daratan Sumatera. Ada banyak kampung (=huta) dengan marga tertentu sebagai marga terbanyak yang tinggal di huta tersebut. Ada juga klan yang sudah meninggalkan kampung asalnya semula. 

Marga Sihombing kebanyakan dari Lintong ni Huta. Namun, bapak dari  oppung doli pihak bapak sudah lama sekali merantau ke Hatoguan, Samosir. Maka, oppung doli berkata, "Kita adalah Sihombing dari Hatoguan. Karena kita sudah lama meninggalkan Lintong ni Huta." 

Ketika berkenalan dengan orang lain dan mengaku orang Batak, aku selalu dianggap sebagai orang Medan. Selama bertahun-tahun, sulit bagiku menyatakan diri sebagai orang Medan. Aku tidak tinggal di Medan, bukan pula lahir di Medan. Entah mengapa masih ada orang Batak yang mengaku orang Medan. Entah mengapa masih ada yang menganggap orang Batak adalah orang Medan. Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku adalah orang Batak yang BUKAN orang Medan. Kurasa, aku mewarisi hal keren dari oppung doli, menjadi orang Batak yang Batak. 😃

Perkenalan paling konyol yang pernah aku lakukan adalah ketika aku mengatakan bahwa aku adalah orang Sumatra Utara. Hahaha.. 😀

Perkenalan dimulai dari marga. Dengan mengetahui marga, jadi tahu panggilan apa yang digunakan pada yang sama marga dengan diri, sama marga dengan marga mamak, beda marga dengan diri sendiri dan mamak. Setelah marga, urutan dalam silsilah (tarombo) adalah hal lain yang harus dan wajib diketahui. 

Yang lebih muda dari kita tidak tentu satu generasi di bawah aku. Bisa saja berada di garis yang sama, segenerasi. Bisa jadi, malah 1 atau 2 generasi di atas aku. Kami sudah terlatih dan melatih diri untuk tidak terkejut ketika memanggil oppung untuk orang yang lebih muda dari bapak maupun mamak. Atau memanggil namboru (saudara perempuan bapak) untuk seseorang yang masih belia. Hal biasa itu. 😀

Pohon keluarga (tarombo) pada keluarga Batak yang jika dihitung sejak generasi pertama, usia tarombo banyak klan marga kemungkinan besar berusia ratusan tahun. Itu membuktikan bahwa sejak ratusan tahun silam, literasi adalah hal yang paling penting dalam tradisi orang Batak.

Bukan hanya tarombo, bukti literasi keluarga Batak. Ada juga umpasa (pantun) dan aksara Batak.

Oppung doli pernah menunjukkan beberapa buku yang disimpan di dalam lemari kayu di jabunya yang penuh dengan aksara Batak dengan bentuk tak biasa kurva lengkung. Oppung doli pernah membacakan isinya beberapa lembar, lalu mengajarkan cara bacanya yang tidak mudah kupahami dan menjabarkan artinya. Karena tidak ada huruf konsonan, oppung mengajarkan sedikit bagaimana membentuk huruf konsonan dari aksara Batak yang ada. 

Menurut oppung doli, aksara Batak ini semestinya harus dikenalkan kepada generasi muda sebelum hilang. Kalau tidak ada yang mulai mengenalkannya, tidak akan ada yang mau mempelajarinya. Seperti aku. Aku tidak mengenal dengan baik aksara Batak sekalipun cinta pada keindahan Danau Toba sejak dulu. 😃

Bicara tentang umpasa, ada begitu banyak umpasa yang terdengar pada acara adat, terutama pernikahan. Jenisnya pun beragam. Ada nasehat, ada berkat, ada juga harapan baik. Salah satu umpasa yang hadir sebelum entah jamuan makan besar (jamuan makan adat) maupun jamuan makan kecil (mamio kerabat) adalah: "Sititik ma sigompa golang-golang pangarahutna. Ai tung so sadia pe na boi tarpatupa, sai godang ma pinasuna." Yang kemudian disambut beramai-ramai "Ima tutu."

Orang Batak, tuh, gitu. Mau makan saja, mesti betul berpantun. 😊

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun