Mohon tunggu...
Roneva Sihombing
Roneva Sihombing Mohon Tunggu... Guru - pendidik

Penyuka kopi, gerimis juga aroma tanah yang menyertainya. Email: nev.sihombing@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Jika Masih Sanggup Menangis, Tidak Usah Buru-buru Move On

4 Mei 2021   02:10 Diperbarui: 4 Mei 2021   02:13 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Pernah mengalami dicurhatin sama orang  yang sedang patah hati? Sama. Aku juga pernah. Berkali-kali malah. Pernah sedang mengalami patah hati lalu curhat pada orang lain? Aku juga pernah. Sampai lelah malah.  

Namun, dari sekian banyak pengalaman mendengarkan curhat patah hati, ada satu dari banyak pengalaman yang membuatku masih mengingatnya sampai kini. Bukan tentang masih ada perasaan cinta, kisah yang tersisa maupun janji yang diingkari. Namun tentang bagaimana tanggapan si yang patah hati terhadap respon dariku atas cerita patah hatinya. Hadeeeuh.. 

Begini ceritanya... Dulu, ketika aku masih jauh lebih muda dari saat ini, ada yang datang padaku. Sebut saja namanya Anggrek. Anggrek ingin curhat tentang pacarnya, eh mantan pacarnya. Minggu berikutnya kami bertemu, dia masih menceritakan pacarnya, eh mantan pacarnya. Tentang betapa masih sayangnya dia pada pacarnya, eh mantan pacarnya; tentang janjian ketemu minggu sebelum akhirnya mereka sepakat putus; tentang usahanya mendatangi kota tempat kerja (mantan) pacarnya 2 minggu sekali namun si (mantan) pacar hanya mau mengunjunginya sekali sebulan; tentang perasaan sayang yang masih terus bercokol dalam hati; tentang kebaikan yang pernah diterima; tentang janji mendatangi keluarga; tentang hadiah-hadiah yang pernah diberikan ke (mantan) pacar; tentang hari-hari istimewa yang pernah dirayakan berdua; tentang betapa romantisnya si (mantan) pacar; tentang bunga mawar yang pernah diberikan saat valentine; tentang saat-saat pendekatan yang dilakukan si (mantan) pacar; tentang telepon-telepon setiap malam; tentang perhatian (mantan) pacar tidak seperti dulu lagi. 

Sudah mulai bosan,'lum? Sudah? Hehehehe...

Aku bukan penanggap yang sangat baik pada masanya. Ada kalanya hanya mendengarkan langkah terbaik yang mampu aku lakukan. Sayangnya, yang curhat ini butuh dukungan dari orang-orang sekitarnya bahwa perasaan sedihnya memang layak diceritakan, butuh teman yang memahami betapa (mantan) pacar adalah orang yang egois yang tidak memahami perasaannya, butuh pendukung sabar yang akan menepuk bahunya dan menghiburnya kapanpun dia membutuhkannya. 

Air matanya terus menetes sembari berkisah, sesunggukannya terdengar sangat memilukan. Ada kalanya aku membiarkannya menangis lebih lama supaya hatinya lega. Setelah sudah sanggup untuk berbicara, dia justru menanyakan pendapatku. 

Duh, bagaimana ini? Aku, tuh, bukan termasuk yang mudah baper. Tentu saja, caraku menghadapi patah hati sungguh sangat berbeda dengannya. Maka, aku menatap matanya lalu berkata,"Jika kau masih sanggup menangis, teruskanlah menangis. Jangan buru-buru move on. Teruskan saja menangis." 

Orang yang patah hati butuh orang lain untuk mendengarkannya. Mendengarkannya sampai yang patah hati lelah menceritakan apa yang ingin diceritakannya. Namun, setiap yang patah hati harus diingatkan untuk berhenti merasa sedih karena kesedihan sungguh melelahkan.
***

Apa kabar Anggrek sekarang?
Oh, dia. Enam bulan sesudah responku terhadap kisahnya, dia mengenalkan kekasih baru. Kekasih barunya ini mengajaknya menikah setelah menjalin kasih selama 1 tahun.

Darimana aku tahu jika Anggrek menceritakan responku mengenai curhat patah hatinya apa orang lain?
Ya, tahu dari orang lain. Karena selain curhat kepadaku, Anggrek curhat juga pada hampir teman perempuan kami. Mereka-merekalah yang datang padaku dan menceritakan tanggapan Anggrek tentang responku. Hadeuh..


***
Patah hati itu jelas sedih dan menyakitkan karena terpisahnya hubungan yang melibatkan hidup dan hati jelas menimbulkan rasa sedih yang memicu air mata. Perasaan yang tumbuh dan hubungan yang bertumbuh saling dekat membuat berpisah menjadi sangat menyedihkan. Seolah-olah ada sesuatu yang meremas hati sehingga menyesakkan dan membuat hati menjadi remuk redam. Semua jenis kepribadian entah introvert, entah ekstrovert; atau koleris, plegmatis, sanguinis dan melankolis, jika patah hati jelas akan merasa sedih. Jika merasa sedih, menangislah. 

Pengalaman tiap-tiap orang menghadapi dan mengatasi patah hati jelas berbeda, maka beri ruang untuk yang patah hati. Maka beri waktu untuk mereka. Ruang yang tidak terlalu sempit maupun tidak  terlalu lega. Waktu yang tidak terlalu singkat maupun tidak terlalu lama. 

Yang terakhir, jika masih sanggup menangis, jangan buru-buru move on! Lelah yang akan menolong setiap yang patah hati bergerak maju.
***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun