Mohon tunggu...
Roneva Sihombing
Roneva Sihombing Mohon Tunggu... Guru - pendidik

Penyuka kopi, gerimis juga aroma tanah yang menyertainya. Email: nev.sihombing@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Melatih Anak-anak Menghadapi Perpisahan

26 November 2018   00:58 Diperbarui: 26 November 2018   02:06 652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Ada banyak hal sulit yang kita hadapi dalam hidup, baik yang pernah terjadi maupun yang akan terjadi. Salah satunya adalah perpisahan. Perpisahan dalam bentuk apapun sangat menyedihkan dan meremukkan hati.

Kata yang tidak bisa disentuh dengan jari kita ini bisa menorehkan luka dalam hati yang pulihnya membutuhkan rentang waktu yang tidak bisa diukur secara pasti. Sedangkan perpisahan adalah salah satu hal pasti di dunia ini..

Seorang ayah berkisah kepada kami mengenai salah satu anaknya ketika kami berkunjung ke rumahnya. Si ayah menceritakan tentang anak sulungnya, Cha, yang menjadi murung beberapa minggu menjelang kelulusan. Fokus Cha belajar mulai berkurang. Selera makannya menurun. Mulai jarang bermain dengan adik-adiknya. Kemurungan si sulung disebabkan karena akan berpisah sekolah dengan salah satu karibnya.

Lalu si anak bertanya pada si ayah, apakah ayahnya pernah berpisah dengan teman semasa sekolah dulu. Dengan arif, si ayah menjawab,"Jangankan pisah sekolah, berpisah karena kematianpun sudah pernah dialami. Ayah merasa sedih karena tidak bisa melihat teman ayah tersebut. Tidak bisa cerita-cerita lagi. Tidak bisa main lagi. Tidak bisa melihatnya lagi." Lalu percakapan tersebut diakhiri dengan kalimat berikut, "Hidup memang seperti itu, nak. Enggak apa-apa.."

Aku tercenung setelah mendengar kisah tersebut. Dan terus memikirkannya dalam perjalanan ke rumah.

Ada beberapa hal yang dapat dirangkum dari apa yang disampaikan ayah Cha, antara lain:

1. Menghargai perasaan anak. Si ayah tidak menganggap lalu dan mengabaikan  kemurungan Cha. Sekalipun masih anak-anak, si ayah membuka perasaannya sendiri untuk kemungkinan anaknya pun bisa mengalami perasaan sedih.

2. Memahami perasaan sedih si anak. Kebersediaan si ayah membuka diri menceritakan pengalamannya sendiri, menolong si anak mengerti bahwa ayahnya pun tidak luput dari perasaan sedih.

3. Memberi pengertian sederhana tentang perpisahan. Si ayah memberi pengertian berbagai hal yang muncul sebagai akibat berpisah, mulai dari kesulitan untuk berjumpa -karena beda kota dan ataupun sekolah-. Sampai tidak akan melihat temannya lagi.

4. Mendorong anak belajar berlapang hati. Perasaan cinta sang ayah kepada anak perempuannya ini memampukan si ayah menghibur Cha agar bisa melewati kesedihannya

Perpisahan, tentu saja, merupakan hal yang sulit dipahami oleh anak-anak. Hatinya yang muda dan minimnya pengalaman dalam hidup mereka belum bisa mengerti tentang hal-hal tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun