Mohon tunggu...
NETTY Fs
NETTY Fs Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Belajar merangkai kata untuk sebuah makna

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Sang Khaliq

1 Agustus 2013   14:31 Diperbarui: 13 Juli 2015   17:32 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sandra............, panggilku tapi kau tetap berlalu pergi jauh dari pandangan mataku. Tuhan kenapa cinta begitu kejam padaku. Aku mencintai sandra. Awal yang begitu indah hingga terasa sulit bagiku untuk berpisah darinya, walau hanya merasakan kebersamaan yang sesaat.

Pantai merupakan saksi dimana kami saling bercerita, merenda asa yang entah kapan dapat terwujud. Di pantai pula tempat kami pertama kali bertemu, saat itu sandra tengah asik bermain ditepi lautan yang biru disiram remang – remang cahaya matahari yang hampir pergi meninggalkan keindahannya. Tatapku jauh tak berujung namun akhirnya gerai indah rambut itu membuatku mencari wajah manis pemiliknya. Kadang ia berlari mengejar ombak, kemudian balik ombak yang mengikuti langkah kakinya kearah bibir pantai. Kegembiraan dimatanya membagikan harapan baru bagiku. Teman-temannya mulai beranjak pergi untuk istirahat tetapi sandra terus asik dengan air asin itu, kesempatan bagiku pikirku.

Aku pun mendekat, mulai berfikir bagaimana cara terbaik bisa menyapa sembari mengenal nama pemilik wajah manis itu. Kamera yang selalu tergantung dileherku tak pernah ingin meninggalkan moment indah saat matahari hendak berganti tugas dengan rembulan, aku mulai beraksi mengambil posisi gambar dan sekaligus mendekat sang gadis.

“Senang bermain dengan ombak walaupun seorang diri, nggak takut terbawa arus”?sapaku mengawali aksi, he...he.., senyum manisnya langsung terlihat, “ombak sayang padaku dan lebih senang kalau aku menemaninya daripada membawaku pergi dari sini” jawabnya ngawur......kami pun tertawa bersama.

“Piyu sambilku mengulurkan tangan, Sandra balasnya dengan tetap mengayuhkan kaki bermain dengan pasir – pasir itu”. Sering kesini? Lanjutku, ehm tidak juga, yang pasti aku sering ke pantai, tanpa perduli dimana ia berada. Laut buatku tempat mencurahkan segala kesedihan dan kegimbiraan yang tak pernah balik mengeluh saatku lelah, dan tetap beriak mengiringi riangku.. dan kamu Piyu? Ehm aku?? Aku penikmat wajah - wajah indah, kameraku ini sering ngambek kalo lama nggak diajak jempret, he...he...

Kami berjalan beiringan, kadang tawanya mengalahkan debur ombak pantai selatan ini. Sandra periang, sebentar saja aku bersamanya semua gundah yang kubawa dari Jakarta hilang seketika. Aku merasa jam tanganku rusak karena cepat sekali berlalu, “penginapanku dekat sini katanya, oh begitu kenapa tidak menginap di hotel ini saja, kan sekalian bisa mampir dikamar ‘308’ kataku”. Teman – teman nggak berani katanya berasa aura mistisnya, hiiii..hiii..........

Perpisahan itu tak kan kubiarkan sia- sia, kami saling bertukar pin BB.Sebulan berlalu, aku tak punya cukup keberanian untuk menyapanya lebih dulu, sampai akhirnya pantai lah yang membuatku memberanikan diri menyapanya... “Ping” ..............., “oh hai pa kabarnya?” balasnya...... Pantai Kalimantan tak kalah indah dengan pantai Selatan jawabku........., “Really??? Kamu di Kalimantan? Wah aku pengen banget tapi nggak pernah dapat ijin dari mama, katanya nggak ada yang nemankan ntar kalo diculik”, he..he.. itulah Sandra bukan dia kalau harus menjawab pertanyaan dengan benar. Cerita berlanjut, mulai dari mengapa kantor menugaskanku merekam indahnya pantai Kalimantan, hingga berapa honor untuk satu gambar yang kudapat (yang terakhir giliran aku yang bercanda, he....he...).

Aku balik ke Jakarta minggu depan, punya waktu untuk ngopi ajakku??Ntar aku minta sekretaris ku cek jadwalku ya katanya, eh gax de becanda, bisa koq kasi tau aja, tetapi ingat apapun minumanya harus PANTAI tempatnya, tegasnya. Siap balasku..

Beberapa hari di Kalimantan rasaku lama, padahal ketika lidahku merasakan manisnya permen “lidah buaya” khas Pontianak, aku sudah berjanji tak kan pulang sebelum semua kuliner khas sini kucicipi..Pesawatku tiba diBandara Soekarno-Hatta 10.15 WIB, aku sengaja memilih keberangkatan yang tidak terlalu pagi dari Pontianak. Kantor tujuan utamaku, setor gambar-gambar yang kudapat disana kemudian bertemu pujaan hatiku.

Pukul 16.00WIB, kami sudah menikmati debur ombak ditengah kesibukan yang tak pernah habis di Ibu kota. “Bagaimana perjalananmu?”tanyanya... “sekali- kali ajak aku ya pintanya”.. Tentu saja aku tak memerlukan waktu untuk berfikir untuk menjawabnya.. “Kapan saja jika mamamu mengijinkan kataku”.. bagaimanapun aku tak ingin hanya memikat hati putrinya tanpa ibunya merestui.. Tetapi wajah riang itu langsung redup.. walaupun berangsur ceria.. “Sekarang ayo perlihatkan padaku wajah – wajah indah pantai Kalimantan yang kau sombongkan padaku”, katanya.“Ah aku menjadi iri padamu, kau dapat pergi kemanapun dan menikmati apapun yang kau inginkan”lanjutnya.. “kenapa”?? aku akan membawamu ketempat terindah yang tak pernah engkau mimpikan kataku..berjalan mengitari hati, hati kita yang telah bemekaran bunga mawar dimana – mana..

Akan kubiarkan angin pantai menemani perjalanan kita, hingga sejuknya selalu menyelimuti hari – hari yang akan kita lalui. Kupersembahkan bait – bait cinta setiap hari bersama langkah manismu, tak kan kubiarkan badai mengamuk, akan kusembunyikan dirimu dibalik jubahcintaku..

Kuberanikan menggemgam tanganmu sebelum kita meninggalkan pantai, menyisir jalan – jalan yang sudah hampir gelap. Kita mampir di Mushola ya, pintamu. Tentu kataku aku tak pernah lupa berterimakasih padaNya setelah menikmati indahnya ciptaanNya. Kami ketinggalan, orang – orang telah selesai melaksanakan kewajibannya sebagai muslim untuk menunaikan sholat maghrib. “Boleh aku menjadi imammu?dengan senang hati katanya”.

Kututup sholatku dengan doa pada Sang Pemilik jagat ini... hanya doa sederhana yang keluar dari seorang pecinta.... bersama kekasihnya sampai waktu yang memisahkan, bersama kekasih melewati segala rintangan yang ada dalam hidup ini, bersama kekasih meraup mimpi beradu kasih dalam keindahan ibadah kepada Sang Maha Cinta, Menjadikan kekasih di dunia dan diakhirat...

Air mata Sandra menetes, aku tertegun, apa ada yang salah dalam kata – kata ku? Tadinya waktu aku menggemgam tangannya dipantai ingin kuutarakan apa yang ada dalam hatiku, tetapi urung karena aku takut, takut tak akan mampu membuatnya bahagia, takut akan membuat pemilik wajah manis itu menangis, takut ketika cinta yang kutawarkan padanya ternyata tak mampu menyejukan relung kalbunya.. Belum lagi terjadi apa yang aku takutkan, tangisnya malah menjadi di akhir doaku yang sengaja ku lafazkan agar terdengar olehnya...

Tidak ada kebahagianyang aku impikan selain sholat bersama imamku, dan tak akan ada yang bisa membayarkan air mata kebahagian ini dengan apapun didunia ini,,, aku yang tak pernah punya kesempatan melakukannya dengan siapapun, apalagi dengan orang yang memberikan cintanya untukku.. diraihnya tanganku, dan aku tersadar bahwa air mata itu,,, air mata yang menetes di punggung tanganku ketika dia mencium tanganku, air mata itu membuat aku sendiri tak ingin meninggalkan suasana religi sekaligus indahnya kasmaran dua insan. Namun sebelum aku sadar, Sandra telah berlari keluar mushola, Sandra....... Sandra teriakku, tetapi dia terus berlari...

Maafkan aku Piyu, aku tak bisa bersamamu menghabiskan waktu, aku tak bisa menuai indahnya cinta ini bersamamu, aku tak pernah bisa walaupun rasa ini adalah milikmu, aku tak pernah bisa walau semilir angin pantai akan mengisi relung hati kita yang riang.

Mama punya alasan tak pernah mengijinkan aku pergi jauh –jauh darinya, dalam dompetku selalu ada alamat lengkap Rumah Sakit mana yang harus dituju jika orang –orang menemukanku dalam keadaan tidak sadar. Sandra mama sayang kamu, dan kamu harus mengerti bahwa kanker dirahimmu sewaktu waktu bisa saja merenggut semua yang mama miliki dari kamu, karena itu jangan pernah pergi jauh dari mama, atau mama tak akan sempat bilang selamat jalan sayang......

Terima kasih telah menjadi cintaku, sehingga aku tak mampu untuk beranjak pergi darimu, terimakasih telah menjadi temanku menikmati indahnya hari – hari walau punmawar tak pernah ada tanpa duri ditangkainya. Biarlah kita menikmati untuk saling memiliki sampai waktu yang ditentukan. Karena cinta sejati hanya cinta pada Sang Khaliq.. dan hanya Dia yang paling berhak atas apa yang kita miliki..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun