Mohon tunggu...
nesya arantika
nesya arantika Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pemuda Desa Penggerak Literasi di Kampung Baca Temugiring

14 Juni 2018   11:58 Diperbarui: 14 Juni 2018   12:09 682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Siapakah anak yang kurang beruntung di Indonesia? Apakah mereka yang tidak mendapatkan akses pendidikan? Apakah mereka yang tinggal di desa?

Menurut CBS Household Labour Survey, daerah tertinggal merupakan daerah yang memiliki angka signifikan dalam jumlah anak yang tidak menempuh jenjang pendidikan. Di daerah tertinggal terdapat banyak anak-anak yang bekerja setelah lulus dari sekolah dasar. Beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi ini adalah kemiskinan, kurangnya pengaruh orang tua dalam memotivasi anak, dan sulitnya akses pendidikan.

Nelson Mandela pernah mengatakan "pendidikan adalah senjata ampuh yang dapat mengubah dunia". Bila anak-anak Indonesia yang hidup di daerah tertinggal memiliki semangat dan akses yang tinggi untuk menempuh jenjang pendidikan dari yang terendah hingga tertinggi, mereka akan menjadi generasi emas Indonesia.

Anak akan bertumbuh dan berkembang sesuai dengan fitrahnya hingga anak akan menjadi pemuda yang akan meneruskan estafet perjuangan untuk memajukan Indonesia. Satu pemuda saja dapat memberikan perubahan, apalagi dengan sepuluh pemuda? Maka gegerlah dunia.

Terdapat suatu ungkapan yang sudah diketahui secara umum bahwa "tidak perlu mengeluarkan senjatauntuk menghancurkan sebuah bangsa, cukup hancurkanlah kehidupan para pemudanya, maka hancurlah bangsanya". Maka disinilah peran penting pendidikan sebagai langkah untuk menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kecerdasan untuk membangun negeri.

Bagaimana untuk merealisasikan harapan ini? Tentunya dimulai dari lingkungan terkecil, yaitu desa. Upaya ini membutuhkan usaha yang tidak mudah, dibutuhkan kegigihan dari masyarakat itu sendiri. Sebagaimana ditulis oleh Gunawan dan Ari (2016: 1) dalam buku mereka yang berjudul Membangun Indonesia dari Desa: Pemberdayaan Desa sebagai Kunci Kesuksesan Pembangunan Ekonomi untuk Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat, bahwa untuk membangun Indonesia menjadi negara yang besar, kuat, dan hebat, haruslah dimulai dari desa. 

Desa Temugiring atau sekarang lebih dikenal dengan sebutan "Kampung Baca Temugiring" merupakan contoh daerah terisolir yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta tepatnya di kabupaten Gunung Kidul yang merupakan salah satu daerah yang terkena dampak banjir pada tahun 2017. Masyarakat setempat mengungkapkan bahwa daerah tersebut terisolasi karena dikelilingi hutan dan sungai serta akses untuk menuju ke daerah tersebut masih sangatlah susah.

Hal ini menjadi faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan masyarakat setempat. Angka putus sekolah sangat tinggi, banyak anak-anak yang tidak menyelesaikan program belajar hingga tuntas. Alasan putus sekolah antara lain adalah untuk membantu orang tua di rumah dan ketidaksediaan biaya untuk mencukupi kebutuhan sekolah.

Setelah memperoleh ijazah SD, SMP atau SMA, para pemuda lebih memilih merantau ke kota dengan alasan di desa tidak menjanjikan harapan yang lebih baik. Kota dipandang memiliki harapan penghidupan yang layak untuk kehidupan lebih maju. Namun, jenjang pendidikan yang rendah menyebabkan mereka mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan rendah.

Kampung Baca Temugiring merupakan salah satu contoh kampung yang mulai berkembang melalui budaya literasi. Literasi hanya terdiri dari satu kata yang terlihat sederhana namun memiliki kompleksitas yang tinggi. Esensi dari budaya literasi itu sendiri bukan hanya tentang membaca buku, namun tentang respon dan aksi setelah membaca buku. Bagaimana menumbuhkan interaksi yang terjadi di dalamnya mengenai cerita dan respon tentang buku yang di baca.

Tokoh utama penggerak dan tombak pencerahan literasi di Kampung Baca Temugiring adalah pemuda. Membangun budaya literasi dengan pemuda sebagai penggeraknya, selain menjadi kegiatan positif bagi para pemuda itu sendiri, juga bisa mendorong kreatifitas anak-anak muda untuk tampil di depan umum di tengah-tengah masyarakat global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun