Mohon tunggu...
Nesosmedia
Nesosmedia Mohon Tunggu... Penulis - Ruang Bumi Nusantara

Media ini sebagai wadah menampung dan menyambung ide dan gagasan tentang isi dari bumi Indonesia 🇮🇩.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Virus Corona Trending Topic, Negara Jangan Terlalu Panik

20 Maret 2020   23:35 Diperbarui: 20 Maret 2020   23:50 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Segera Batalkan Pembahasan Omnimbus Law di Paripurna, Fokus Tangani Masalah Kesehatan." 

KOMPASIANA.COM , Nesossial | Virus corona ibaratkan mata rantai yang kemudian akan mengepung dunia secara serempak ke berbagai negara yang berbahaya menjangkit penularannya dengan cepat. Kemunculan wabah ini sejak Januari 2020 bermula di Kota Wuhan, Tiongkok langsung membuat dunia geger akibat banyak yang sudah memakan ribuan korban. Menurut WHO (World Health Organization) sudah menetapkan wabah virus corona sebagai pandemi yang jumlah penyebarannya semakin berkelanjutan secara meluas. Beberapa negara yang terkena virus tersebut diantaranya :

China: 81.102 kasus, 3.122 kematian
Italia : 35,713 kasus, 2.978 kematian
Iran : 17,361 kasus, 1.135 kematian
Spanyol : 13.910 kasus, 623 kematian
Jerman : 12.327 kasus, 28 kematian
Perancis : 9.052 kasus, 148 kematian
Korea Selatan : 8.413 kasus, 84 kematian
Amerika Serikat : 7.769 kasus, 55 kematian
Swiss : 3.028 kasus, 28 kematian
Inggris : 2.642 kasus, 71 kematian.
(sumber data : Kompas.com)

Sistem Ekonomi Global Yang Mulai Rapuh
Sistem ekonomi kapitalistik global yang rapuh akan membawa dampak yang berpengaruh besar terhadap kebangkrutan negara kapitalis. Pada akhirnya kehancuran perekonomian bangsa yang pada waktu tertentu semakin kelihatan ditandai dengan krisis yang melebar.

Kritik Marx dalam bukunya "Negara Marxis dan Revolusi Proletariat" terhadap kapitalisme dalam analisisnya didasarkan pada teori nilai, waktu dan upah yang dimana terdapat nilai lebih atau surplus bagi para pekerja atau buruh yang dicuri oleh kelas pemilik modal. Kondisi tersebutlah yang menyebabkan ada kelas yang ditindas dan ada kelas penindas.

Saat buruh berhenti untuk bekerja atau melakukan pemogokan dipabrik maka saat itulah menjadi tanda bahaya bahwa aktivitas perputaran ekonomi akan terhenti.

Aktivitas pasar akan hancur sebab alat produksi tidak bekerja, maka para pemilik modal akan mengalami kerugian yang sangat banyak. Krisis moneter menjadi bencana momok kapitalisme yang pada akhirnya menggali liar kuburnya sendiri yakni ialah faktor situasi eksternal.

Saat ini nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot mengalami pelemahan berdasarkan data Bloomberg Kamis (19/03/2020), rupiah berada pada posisi Rp.15.315 per dollar AS, namun rupiah terus terpantau melemah, seperti yang dirilis oleh Kompas.com tembus 16.000 kurs rupiah terhadap dollar. Posisi inipun melemah 0,61 persen jika dibandingkan dari penutupan sebelumnya Rp. 15.223.  (sumber data : Kompas.com)

Pada tanggal 17 Maret 2020 lalu, 5000 buruh Marcedes benz di pabrik Vitoria, Spanyol mengadakan pemogokan dan menduduki pabrik karena dipaksa tetap masuk kerja ditengah situasi darurat pandemi Covid-19. (sumber : www. marxist.com)

Kita ketahui secara bersama kemunculan virus dari negara kapitalis ini sebenarnya menjadi senjata tidak lagi dengan cara menggunakan teknologi tapi menggunakan senjata biologi yang dengan mudah menyerang negara-negara lainnya salahsatunya negara berkembang seperti Indonesia yang masih sangat rentan untuk menghadapi virus ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun