Mohon tunggu...
nerissa arviana
nerissa arviana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi S1 Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Surabaya

Seorang mahasiswa ektrovert yang mencintai cara psikologi memandang suatu hal.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Putus Cinta Juga Punya Fase!

8 Juni 2022   20:28 Diperbarui: 8 Juni 2022   20:39 873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Generasi Z pasti ngga jauh-jauh nih sama yang namanya cinta. Berawal dari ketertarikan yang memunculkan perasaan cinta kepada seseorang, kemudian perlahan-lahan melakukan pendekatan dan akhirnya  memutuskan untuk memulai sebuah hubungan. Selanjutnya saling lebih mengenal satu sama lain dan akhirnya sama-sama belajar untuk mempertahankan hubungan yang telah dimulai tersebut. Namun sayangnya tidak semua dapat berhasil mempertahankan hubungan tersebut sehingga berujung pada pengakhiran sebuah hubungan atau yang biasa kita sebut sebagai putus cinta.

Bukan generasi Z namanya kalau belum akrab dengan kata putus cinta. Pasti kalian pernah mengalami kan? atau mungkin sekadar mendengarkan cerita dari teman-teman terdekat kalian? Tapi kalian pernah nggasih bertanya-tanya siklus putus hubungan yang kalian atau teman kalian alami tuh wajar nggasih? Apakah orang lain juga berperilaku sama seperti halnya kalian berperilaku ketika putus cinta? Mungkin seperti sering minta validasi kepada teman terhadap perbuatan kalian yang sebenarnya salah atau melebih-lebihkan kesalahan pasangan? nahh pasti pernah dong, jadi yuk langsung saja kita bahas melalui teori duck's phase model berikut ini :

  • Intrapsychic phase

"Aduh aku kok udah ngerasa ga senyaman itu ya sama dia? Apa mending aku putus aja?". Nah pasti kalian familiar nih dengan kalimat barusan. Kalimat tersebut merupakan contoh dari intrapsychic phase. Tahap ini berfokus pada proses berpikir internal seseorang yang terjadi sebelum menghadapi pasangannya. Kesimpulannya, pada tahap ini terdapat pihak yang merasa tidak puas dengan hubungan yang sedang dijalani dengan pasangannya

  • Dyadic phase

Tahap ini merupakan tahap dimana pihak yang kurang puas mulai menghadapi pasangannya untuk menyuarakan ketidakpuasannya. Di tahap ini biasanya terjadi negosiasi, konfrontasi, dan usaha untuk memperbaiki hubungan atau rekonsiliasi. "Yaudah mau kamu apa? mau perbaikin bareng atau mau putus aja?" nah kurang lebih seperti itu contoh kalimat yang menggambarkan fase ini.

  • Social phase

Tahap ini merupakan tahap dimana kedua pihak mulai melibatkan teman dan kerabat. Kedua pihak bercerita menurut versi masing-masing mengenai kehancuran hubungan mereka kepada orang-orang terdekat. Kira-kira tujuan kedua pihak cerita ke orang terdekatnya tuh apasih? Yap! Karena ingin mencari dukungan dan validasi kebenaran. Sebagai contoh, mungkin kalian sudah sering nih nemuin kalimat ini "iya dia tuh blablabla, jadi wajar aja kan kalau aku marah terus minta putus?" dan biasanya temannya akan memvalidasi seperti "ih iyaa parah banget, kalau aku jadi kamu juga bakal marah sih!".

  • Grave-dressing phase

Tahapan ini terjadi setelah hubungan diakhiri. Kedua belah pihak membangun cerita versi masing-masing mengenai akhir hubungan mereka. Biasanya mereka akan membangun cerita dimana kesalahan dirinya diminimalkan sedangkan kesalahan pasangan mereka akan dimaksimalkan. Mereka melakukan hal ini untuk menjaga reputasi mereka karena disaat yang bersamaan mereka akan menunjukkan diri yang dapat dipercaya dan setia untuk dapat menarik pasangan baru. Nah pasti kalian sering dong mendengar atau bahkan kalian sendiri yang berkata "iya aku putus karena parah banget dia selingkuh padahal akunya udah baik banget ke dia" . Padahal pasangan kita sebenarnya tidak selingkuh,mungkin cuma ngobrol bentar dengan lawan jenis kemudian kita lebih-lebihkan, begitupula dengan sikap kita yang padahal tidak sebaik itu sama dia, tetapi kita sembunyikan atau minimalkan seakan-akan kita baik banget ke pasangan kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun