Mohon tunggu...
Nenti Anjani
Nenti Anjani Mohon Tunggu... Lainnya - @nentii.a

Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjadi Manusia yang Sesuai dengan Nilai-nilai Pancasila

1 November 2020   09:03 Diperbarui: 8 Januari 2021   13:10 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh Nenti Anjani dan Dr. Ira Alia M., S.H., M.H.

Nyatanya masih ada manusia yang tak paham bagaimana caranya menjadi manusia. Manusia yang mampu memanusiakan manusia lainnya, terkadang seorang manusia menjadi lupa diri bahwa ia hanya seorang hamba. Sama dengan manusia lainnya, diberi kehidupan dan jalan takdirnya masing-masing.

Seseorang terkadang merasa jauh lebih hebat dari yang lain, merasa paling berkuasa atas hidup orang lain. Lupa dengan siapa ia sebenarnya, lupa bahwa semua tahta dan harta hanya titipan Tuhan semata yang kapanpun dan dimanapun bisa diambil oleh-Nya. Menjadi manusia? Tentu saja sudah, tapi menjadi seorang manusia yang tahu dan paham bagaimana caranya menjadi manusia tak semua orang bisa.

Terkadang seseorang tak pantas disebut sebagai manusia, karena nyatanya sifat dan perilaku lebih mencerminkan pada sosok binatang. Menjadi manusia yang seharusnya adalah sesuai dengan norma-norma yang berlaku seperti yang diterapkan dalam pancasila dan Agama.

Setiap agama pasti memiliki aturan-aturan tersendiri tetapi aturan tersebut adalah aturan yang baik serta tidak menyimpang dan setiap manusia sudah sepantasnya memiliki sikap toleransi terhadap orang lain yang menganut agama berbeda. Sama halnya dengan nilai-nilai pancasila yaitu nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, serta keadilan.

Kelima nilai tersebut harusnya mampu diterapkan oleh warga negara bangsa Indonesia karena pancasila adalah jati diri bangsa Indonesia. Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang diharapkan nilai-nilai yang terkandung didalamnya mampu diterapkan dalam kehidupan seluruh rakyat Indonesia.

Setiap manusia memang tidak bisa disamaratakan tetapi harapan bangsa terdapat dalam generasi yang mampu menerapkan setiap nilai dalam pancasila di kehidupannya. Banyaknya permasalahan yang terjadi ditengah masyarakat, terutama perbedaan status sosial. Seakan perbedaan status sosial menjadi patokan yang begitu dominan, menjadi harga yang paling tinggi nilainya diatas orang-orang sederhana.

Dengan sesuka hati melontarkan kalimat-kalimat yang menyakiti orang lain dan Status sosial menjadi cobaan paling besar sekaligus menakutkan bagi banyak orang, seperti jabatan tinggi, pendidikan tinggi, dan harta berlimpah.

Tidak bisa dipungkiri bahwa masih terdapat kalangan tertentu yang membeda-bedakan dalam pergaulan sosial karena statusnya, tentu saja hal tersebut bertentangan dengan sila kelima dalam pancasila yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Seorang manusia tak mampu memilih takdirnya sendiri, semuanya sudah kehendak dari Ilahi. Kita sebagai manusia hanya menjalankan takdir yang telah digariskan, setelahnya menjadi urusan pribadi masing-masing bagaimana menghadapinya. Menjalani takdir yang sulit dan memiliki hidup yang kejam bukanlah sebuah kesalahan, tapi itu semua adalah rintangan.

Jika kita terus berjalan pada arah yang benar maka insyaAllah kita akan menemukan kebahagiaan. Tapi bagaimana dengan seseorang yang menjalani hidup yang begitu berat serta harus menghadapi celotehan menyakitkan orang lain terhadap kita?

Apa seseorang pernah berpikir bahwasanya menjadi manusia bukan tentang seberapa tinggi jabatan dan pendidikan tetapi menjadi manusia adalah tentang bagaimana mensyukuri hidup dan memiliki rasa kemanusiaan. Jangan lupakan bahwa di Bumi bukan hanya ada kita dan keluarga kita saja, tetapi Bumi ditempati miliaran manusia lainnya.

Apakah pernah berpikir mengenai setiap perkataan yang kita ucapkan? Bahwa setiap kalimat yang mulut kita ucapkan dan kata-kata yang jari kita ketik akan sangat memengaruhi pikiran orang lain dan berdampak pada sebuah tindakan. Kita tidak akan pernah bisa membayangkan kejadian apa yang akan menimpa orang lain dengan ucapan yang kita lontarkan.

Beberapa orang, mungkin mampu menerima setiap ucapan kita dengan lapang dada dan menganggapnya angin lalu tetapi bagi beberapa orang lainnya justru merasa tersakiti secara terus menerus mengingat semua hal yang kita katakan. Kalimat-kalimat yang kita anggap sepele belum tentu sepele juga bagi orang lain.

Terkadang kita tak sadar bahwa perkataan kita mematahkan semangat orang lain, bahwa perkataan kita melumpuhkan kepercayaan diri orang lain, bahkan membunuh mimpi-mimpi orang lain. Apakah kita bisa mengganti semangatnya? Apakah kita bisa mengembalikan kepercayaan dirinya? Dan apakah kita mampu menghidupkan kembali mimpi-mimpinya? Jikapun bisa, tak akan pernah sama.

Karena ucapan yang kita lontarkan telah mencacati mentalnya.  Dari sini kita belajar arti penting mengenai sila kedua pancasila yang berbunyi kemanusiaan yang adil dan beradab,  dalam sila tersebut rakyat indonesia diharapkan mampu memiliki rasa kemanusiaan, keadilan, serta adab yang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun