Bayangkan dalam kondisi tersebut, Kristus dipaksa memikul salibnya sejauh 1/2 kilo meter dengan salib yang cukup berat. Tiang yang umum digunakan dalam tradisi penyaliban Yahudi berukuran 1,8 hingga 2,4 meter dengan berat sekitar 130 kg. Sedangkan palang yang digunakan berukuran 1,5 hingga 1,8 meter dengan berat 57 kg.
Menurut beberapa ahli, Kristus memikul palang yang beratnya kira-kira 57 kg. Tentunya ini adalah penderitaan yang sangat luar biasa karena Kristus tidak hanya menderita secara fisik tetapi juga psikis karena dihina dan dicaci maki selama menempuh Via Dolorosa.
Paskah tahun ini, masyarakat NTT seolah-olah merasakan Via Dolorosa, sebuah penderitaan akibat fenomena cuaca ekstrem yang memaksa aktivitas tertutup, korban berjatuhan dimana-mana, kerugian ekonomi belum dapat dihitung.
Dengan memaknainya sebagai Via Dolorosa, bagi saya fenomena tersebut akan berakhir. Akan ada kebangkitan, akan ada kemenangan atas maut. Mari kita maknai sebagai bagian dari rencana Allah sebagaimana ajakan saya pada artikel sebelumnya untuk memaknai Pandemi Covid-19 sebagai bagian dari rencana Allah.
Mari kita berdoa agar Tuhan menolong korban banjir, angin kencang, longsor dan sebagainya di NTT. Kita juga berdoa agar kebangkitan atau paskah yang dirayakan dari kemarin dan hari ini membawa sebuah kemenangan, sebuah pemulihan dari kondisi cuaca seperti ini.
Salam!!!
Referensi:Â kompas.com, Bisnis.com, breanbiblechurch, Sindonews.com, kompas.com