Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Alasan Saya Harus Divaksin

24 Januari 2021   09:26 Diperbarui: 24 Januari 2021   09:57 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | Dokumen Alodokter

Ketika saya menulis artikel ini, saya sadar bahwa saya tidak memiliki kapasitas yang layak untuk membuat orang lain percaya dengan argumen dan data-data yang saya sajikan, tetapi ketika melihat hoaks tentang vaksin dan vaksinasi terus beredar sehingga membuat masyarakat Indonesia takut bahkan menolak untuk divaksin maka saya merasa memiliki kapasitas untuk menulis artikel ini. 

Meskipun saya bukan dokter, perawat atau orang yang berlatar belakang kesehatan, saya memiliki pengetahuan dan wawasan tentang kesehatan yang cukup untuk menulis artikel ini.

Pertama kali mendengar informasi pembelian vaksin oleh pemerintah, saya lega dan senang. Akhirnya ada angin segar dalam upaya melawan pandemi yang sedang menggila. Bahkan, saya ingin menjadi orang pertama jika Presiden Jokowi tidak diminta untuk jadi orang pertama. 

Alasan saya sederhana, ketika vaksin masuk ke dalam tubuh saya dan menyatu dengan sistem imun saya maka tubuh saya akan terlalu kuat untuk melawan Covid-19. Saya bisa beraktifitas lebih banyak tetapi tidak menjadi media penyebar virus (carrier).

Nah, pemerintah sudah memutuskan untuk melakukan vaksinasi gelombang pertama sejak tanggal 13 Januari 2021 dengan Presiden Jokowi sebagai orang pertama kemudian dilanjutkan dengan para publik figur serta para tenaga medis. Keputusan ini sangat tepat sehingga keraguan terhadap pemerintah dan tenaga medis yang kerap terjadi berkurang atau setidaknya membendung hoaks-hoaks yang beredar.

Proses vaksinasi akan dilanjutkan untuk seluruh masyarakat Indonesia yang berusia 18 tahun hingga 59 tahun sedangkan kelompok usia yang lain belum diprioritaskan karena alasan keamanan.

Nah, mengapa masyarakat usia 18-59 tahun tidak boleh menolak divaksin?

Selain alasan usia 18-59 tahun sebagai kelompok paling banyak terinveksi di Indonesia, usia 18-59 tahun adalah kelompok usia produktif dengan jumlah yang paling banyak dan paling aman untuk divaksin. Hasil sensus penduduk 2020 menunjukkan bahwa penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun) mencapai 70, 72 persen dari total jumlah penduduk di Indonesia. Jika usia 15-17 dan usia 60-64 dikeluarkan maka jumlahnya akan kurang dari 70 persen.

Sementara, pemerintah menargetkan vaksinasi terhadap 181,5 juta orang atau sekitar 70 persen penduduk Indonesia dalam jangka waktu 15 bulan, dari Januari 2021 hingga Maret 2022 untuk mencapai Herd Immunity.

Dilansir dari Alodokter.com, Herd Immunity dalam bahasa Indonesia disebut kekebalan kelompok yang didefinisikan sebagai sebuah kondisi ketika sebagian besar orang dalam sebuah populasi memiliki kekebalan terhadap penyakit tertentu. Ditulis bahwa, semakin banyak orang yang kebal terhadap suatu penyakit maka semakin sulit bagi penyakit tersebut untuk menyebar karena tidak banyak orang yang dapat terinfeksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun