Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Covid-19 dan Rentetan Insiden yang Menggunakan Istilah "Lockdown"

30 Maret 2020   09:16 Diperbarui: 30 Maret 2020   13:21 804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi lockdown karena virus corona(Shutterstock)

Selama Pandemi Covid-19, istilah lockdown tiba-tiba menjadi populer di kalangan masyarakat karena merupakan opsi penting dalam penanganan virus corona. Lockdown yang sudah dilakukan oleh beberapa negara seperti China, Italia, Prancis, Amerika Serikat dan lainnya ini untuk menghentikan mata rantai penularan virus corona.

Dilansir dari beberapa sumber, lockdown merupakan sebuah protokol darurat yang diprakarsai oleh pemerintah atau pihak yang memiliki otoritas untuk mencegah orang meninggalkan suatu daerah, area dan kawasan tertentu atau mengendalikan pergerakan orang atau kendaraan di dalam suatu wilayah karena adanya sesuatu atau situasi yang membahayakan.

Istilah lockdown pertama kali digunakan pada September 2001. Pada saat itu Amerika Serikat diserang oleh kelompok teroris Al-Qaeda tepat hari selasa tanggal 11 dengan membajak empat pesawat penumpang milik maskapai penerbangan Amerika Serikat, United Airlines dan American Airlines.

Bajakan tersebut berujung pada dua pesawat pertama menabrak menara kembar World Trade Center (WTC), pesawat ketiga menabrak Pentagon (Gedung Departemen Pertahanan Amerika) dan pesawat keempat yang ditargetkan ke Washington D.C menabrak sebuah lapangan di Stonycreek Township dekat Shanksville, Pennsylvania.

Insiden yang memakan korban sebanyak 2.977 dan lebih dari 25.000 orang cedera ini membuat pemerintah Amerika Serikat yang dipimpin George Bush panik dan mengumumkan lokcdown selama tiga hari dengan menutup semua jalur penerbangan Amerika Serikat guna menghentikan arus lalu lintas udara dan mencegah kemungkinan serangan-serangan mematikan berikutnya.

Empat tahun kemudian, tepat pada bulan Desember 2005, terjadi kerusuhan ras di Sydnei, Australia yang akhirnya memaksa Pasukan Kepolisian New South Wales mengumumkan lockdown di Sutherland Shire dan daerah pantai lainnya seperti Cronulla di New South Wales.

Lockdown tersebut melarang orang-orang beraktivitas atau bepergian di sekitar tempat tersebut guna mengantisipasi serangan balik dari beberapa kelompok tertentu. Akan tetapi, keputusan lockdown sempat ditentang oleh Walikota Sutherland Shire karena dinaggap merugikan para pedagang lokal yang mengais rejeki di daerah-daerah pantai.

Pada 30 Januari 2008, pertama kali lockdown diterapakan di area kampus Universitas British Columbia (UBC), Kanada. 

Pada waktu itu, ada sebuah ancaman yang dibuat oleh orang yang tidak dikenal ditujukan kepada kampus UBC membuat  Royal Canadian Mounted Police (RCMP) melakukan lockdown secara khusus di kampus USB dengan mengunci semua mahasiswa di salah satu gedung dan menutup semua area kampus serta himbaun untuk menghentikan kunjungan ke kampus USB selama enam jam untuk mengantisipasi kemungkinan serangan yang akan terjadi.

Tiga bulan kemudian, hal yang sama terjadi di Kanada yang mana dua sekoah diancam akan diserang oleh oknum yang tak dikenal sehingga memaksa kepolisian Kanada melakukan lockdown secara khusus untuk kedua sekolah tersebut. Akademi George S. Henry yang berlokasi di Toronto di lockdown selama dua jam sedangkan New Westminster Secondary School di lockdown selama hampir tiga jam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun