Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pro-Kontra "Keti", Tradisi Pengakuan Dosa Suku Dawan (Timor)

10 Maret 2020   22:43 Diperbarui: 1 April 2020   19:46 1229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi Penyerahan Mahar (Oko) yang dilakukan sebagai bentuk Keti (Dokumen Pribadi)

Beberapa kali penulis mendengar orang lain dan membaca beberapa tulisan yang menyebut Keti sebagai Naketi. Setelah ditelusuri, ternyata Keti diperkenalkan kepada khalayak luas sebagai Naketi, lagipula beberapa sub suku yang dialeknya lebih identik dengan penyebutan Naketi. 

Misalnya kata Leko dalam dialek Miomaffo identik dengan sebutan Naleok. Dalam dialek Amanuban, na adalah prefiks yang menerangkan orang lain melakukan Keti.

Suku Dawan percaya bahwa ada konsekuensi dari setiap tindakan, baik itu tindakan yang baik maupun tindakan yang buruk terhadap Pencipta, sesama manusia dan alam. Tindakan yang baik akan mendatangkan kebaikan tetapi tindakan yang buruk mendatangkan malapetaka seperti tantangan, sakit penyakit dan masalah atau kegagalan dalam hidup.

Saat tantangan dan masalah terus mengintai dan meneror kehidupan seseorang, refleksi terhadap kehidupan masa lalu perlu dilakukan untuk mengetahui dosa atau kesalahan yang pernah dilakukan termasuk dosa orang tua.

Setelah mengetahui kesalahan yang diduga sebagai penyebab masalah dalam kehidupan, maka secara pribadi, orang tersebut Naketi dengan mengakui kesalahan tersebut untuk bebas dari masalah yang sedang melilit kehidupannya.

Jika tidak ada dampak pada masalah yang dialami maka dipastikan masih banyak kesalahan yang harus diakui dalam proses Keti sehingga refleksi tidak hanya dilakukan oleh satu atau dua orang tetapi dilakukan oleh semua orang yang masih memiliki ikatan keluarga atau hubungan darah.

Pada umumnya, pada tahap ini, Keti dipimpin oleh seorang tokoh adat atau sosok yang dipandang bisa memimpin proses Keti. Biasanya, pemimpin Keti juga berperan dalam menggali informasi terkait dosa-dosa masa lalu keluarga atau yang bersangkutan.

Sampai kapan semua kesalahan atau dosa masa lalu diakui sepenuhnya termasuk dosa-dosa orang tua atau nenek moyang yang telah meninggal. Misalnya salah satu tradisi wajib yang belum dilakukan oleh nenek moyang wajib diselesaikan setelah benar-benar diyakini belum dilaksanakan.

Pengalaman pribadi saya, ketika kakak saya sakit dan tidak berangsur sembuh kemudian meninggal dunia, semua keluarga percaya bahwa penyebab kematiannya adalah tradisi "Kusa Nakaf" kakek saya belum diselesaikan sehingga kami  segera menyelesaikannya untuk mencegah peristiwa serupa terjadi lagi.

Umumnya, Keti dilakukan bersama sehingga semua orang yang hadir pun mengakui kesalahan atau dosa masa lalu mereka, atau paling tidak memohon maaf jika pernah ia melakukan kesalahan yang fatal di masa lalu.

Keti bukan sekedar mengakui kesalahan masa lalu tapi sebagai bentuk pendamaian manusia dengan manusia atas perbuatannya yang saling menyakiti dan pendamaian manusia dengan Uis Pah dan Uis Neno karena perilaku manusia yang menyakiti hati Uis Pah dan Uis Neno.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun