Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sistem Religi dan Kepercayaan Suku Dawan (Timor)

24 Januari 2020   22:25 Diperbarui: 11 Januari 2021   22:13 2596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suku Dawan| Foto Metro TV

Sistem religi dan kepercayaan Suku Dawan (Timor) diyakini menganut prinsip Henoteisme.

Agama Tradisional di Nusantara

Sebelum agama Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Buddha, Konghucu masuk ke Nusantara (Indonesia), beberapa agama tradisional sudah dianut oleh masyarakat Indonesia.

Agama tradisional Nusantara disebut mengangap bahwa alam sebagai subjek. Artinya, alam seakan-akan mempunyai jiwa, makhluk yang berpribadi dan menempatkan alam sebagai subjek atau “personal”.

Misalnya Suku Toraja memiliki agama tradisional yang percaya bahwa manusia, kerbau, ayam, kapas, hujan, besi, bisa, dan padi sebagai unsur dasar dari alam ini, dibuat dan diturunkan dari langit.

Selain itu, Sumba masih menganut Marapu, dimana mereka percaya bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara dan bahwa setelah akhir zaman mereka akan hidup kekal di dunia roh, yaitu di surga Marapu yang dikenal sebagai Prai Marapu.

Dan masih banyak lagi seperti Kejawen di Jateng dan Jatim, Naurus di Maluku, Parmalim di Sumatera Utara, Kaharingan di Kalimantan dan masih banyak lagi.

Agama Tradisional di Suku Dawan (Timor)

Jauh sebelum kekristenan menguasai tanah Timor, Suku Dawan bukan kaum ateis, Suku Dawan memiliki kepercayaan tersendiri yang disebut sebagai "Halaika". Meminjam istilah penulis Yahudi Philo dari Alexandria, Halaika disebut sebagai agama yang menganut paham Politeisme.

Halaika merupakan bentuk kepercayaan Suku Dawan yang mengakui dua Dewa (Tuhan) yaitu Uis Neno dan Uis Pah. "Uis" berasal dari kata "Usif" yang berarti Tuan atau Tuhan, "Neno" berarti Langit dan "Pah" berarti Bumi. Secara harafiah, Uis Neno berarti Tuhan di langit dan Uis Pah berarti Tuhan di bumi.

Uis Neno atau Tuhan di langit dipercaya oleh Suku Dawan sebagai Allah Bapak (Am Usi) yang merupakan penguasa kehidupan (alam baka), menciptakan dan memeliharanya. Hidup dan matinya seorang manusia berada di tangan Uis Neno sekaligus menentukan manusia bisa masuk surga atau neraka berdasarkan perbuatannya di dunia.

Jika Uis Neno dipercaya sebagai Allah Bapak maka Uis Pah atau Tuhan di Bumi dipercaya sebagai Allah Ibu (Ain Usi) atau Dewi Kesuburan yang yang mengatur, mengawasi, dan menjaga kehidupan alam semesta beserta isinya termasuk manusia.

Meski demikian, Halaika sepertinya menganut prinsip Henoteisme. Artinya selain penyembahan mereka kepada Uis Neno dan Uis Pah, Halaika percaya keberadaan kekuatan makhluk yang lain. Memang jika kita kaji lebih mendalam, Henoteisme digunakan oleh Friedrich Welcker untuk menyebut agama primitif di Yunani yang menganut Monoteisme tetapi kepercayaan Suku Dawan terhadap kekuatan makhluk lain mendukung penyematan istilah henoteisme.

Tempat-tempat tertentu seperti di hutan, mata air, sungai, goa, batu besar atau pohon besar dipercayai dihuni oleh Amle'ut (makhluk halus). Masyarakat Suku Dawan percaya bahwa seseorang yang terkejut di tempat-tempat tersebut berpotensi sakit. Rohnya diambil sementara oleh makhluk halus. Untuk mengembalikannya, dukun harus menjalankan ritual tertentu untuk mendatangkan kembali. Ritual tersebut bisa dilakukan di rumah atau di tempat-tempat tersebut.

Menurut cerita orang tua saya, seringkali terjadi pertempuran alot antara dukun dan makhluk halus yang menawan roh manusia. Bahkan, kadang harus ditukar dengan ritual persembahan korban hewan (kriteria ditentukan).

Arwah seseorang yang sudah meninggal dunia pun dipercaya memiliki kekuatan gaib tersendiri. Jika seseorang sakit dan penyebabnya bukan makhluk halus di berbagai tempat keramat, maka kemungkinannya penyebabnya adalah arwah orang mati.

Pada umumnya, arwah orang mati yang menyebabkan seseorang sakit adalah orang tua, saudara dan paling jauh keluarga lain yang masih memiliki hubungan darah dengan alasan-alasan tertentu.

Misalnya kuburan orang tua yang tidak dibuat dengan baik, jarang atau tidak pernah menyiram rampe, urusan-urusan adat seperti pernikahan dan pemberian kusa nakaf yang belum diselesaikan.

Oleh karena itu, sulit sekali bagi orang Dawan untuk melupakan kuburan keluarganya dan asal-usul keluarganya. Jika mereka tidak tahu keberadaan kuburan keluarganya, mereka akan melakukan pencarian sampai menemukannya, jika pada akhirnya sampai pada titik tidak menemukan maka akan dibuatkan sebuah kuburan sebagai simbol.

Makanya, Suku Dawan memiliki kebiasaan menyiram rampe di depan rumah ataupun jalan tanpa menyiram rampe pada kuburan sebenarnya. Pada intinya, ada keyakinan dan kepercayaan bahwa arwah mereka turut serta berperan dalam kehidupan manusia.

Bahkan, janin yang belum menjadi manusia tetapi karena gangguan kehamilan dan gugur, diperlakukan secara istimewa karena dianggap sudah memiliki roh dan arwahnya yang memiliki kekuatan tersendiri jika hal-hal yang saya sebutkan di atas tidak dilakukan.

Tentang kekuatan arwah orang mati yang sudah meninggal, terlalu banyak hal yang dikaitkan dengannya. Bahkan, rasa-rasanya fokus manusia pada Tuhan lebih kecil dari pada kekuatan arwah orang mati.

Dewa lain yang dipercayai adalah Uis Oe (Dewa atau Tuhan air). Buaya dipercaya sebagai jelmaan dewa air yang sewaktu-waktu berubah menjadi manusia. Konon, di pulau Timor terjadi kawin-mawin antara Dewa Air dan Manusia.

Oleh karena itu, buaya di Timor dianggap tidak berlaku semena-mena terhadap manusia, kecuali manusia melanggar ketentuan-ketentuan alam yang sudah ditetapkan. Misalnya mengganggu habitatnya.

Bukan hanya itu, cicak pun dipercaya mewakili suara Tuhan untuk menyatakan persetujuan dalam sebuah diskusi atau pembicaraan. Jika suaranya cak...cak...cak, dikeluarkan pada saat pembicaraan atau diskusi, pertanda bahwa hal yang dibicarakan memiliki kebenaran atau patut dipercayai.

Orang Dawan sangat patuh dengan hal ini. Suara cicak selalu diresponi dengan mengetuk sesuatu yang berbunyi atau mengeluarkan bunyi dari dalam mulut sebagai balasan atau tanda percaya dan yakin sepenuhnya.

Ular pun demikian, dalam kondisi-kondisi tertentu, ular dianggap sebagai roh manusia yang berubah wujud. Oleh karena itu, ular yang sering masuk rumah tidak serta-merta dibunuh oleh pemilik rumah.

Biasanya, orang yang membunuh ular tersebut, akan mengalami dukacita. Salah satu anggota keluarga atau family lain yang masih memiliki hubungan darah meninggal dunia.

Meski kekristenan sudah menguasai tanah Timor, kepercayaan terhadap beberapa kekuatan gaib dan ritual-ritual tertentu masih dilakukan. Satu-satunya masyarakat yang masih menganut sistem agama tersebut adalah Boti, salah satu sub kerajaan tertua di Timor.

Untuk menghilangkan agama Halaika Suku Dawan, Halaika disebut sebagai golongan-golongan orang kafir yang dianggap sesat.

Uniknya, saat ini orang-orang Boti menolak disebut sebagai Halaika karena saat agama masuk ke pulau Timor, Halaika disamakan dengan orang yang tidak mengenal Tuhan atau kafir.

Salam!!!

Kupang, 24 Januari 2020

Neno Anderias Salukh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun