Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Terlalu Banyak yang "Teracuni" di Garuda, Pak Erick!

6 Desember 2019   22:23 Diperbarui: 6 Desember 2019   22:24 1489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pesawat Garuda Indonesia | Kompas

Munir diduga mati dibunuh setelah hasil autopsi yang dilakukan oleh Otoritas Pemerintah Belanda menyatakan bahwa terdapat sejumlah Racun Arsenik dalam tubuh Munir.

Pilot Garuda Pollycarpus Budiharto Priyanto dinyatakan bersalah atas pembunuhan dan dihukum penjara selama 14 tahun. Namun Pollycarpus telah bebas tanpa syarat sejak 29 Agustus 2018 yang lalu.

Bebasnya Pollycarpus merupakan bukti bahwa ada konspirasi dibalik kasus ini. Dalam laporan yang dirilis Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) disebutkan bahwa TPF "menyimpulkan terdapat sejumlah bukti materil yang menunjukkan pejabat dan karyawan Garuda bersekongkol atau terlibat dalam meninggalnya aktivis HAM Munir

Pesawat Garuda Media Melakukan Segala Skandal.

Pada awal 2019, publik menuding Garuda Indonesia memprakarsai kenaikan harga tiket yang menyebabkan maskapai-maskapai penerbangan lainnya ikut menaikkan harga tiketnya.

Kemudian pada April 2019, dalam Laporan Tahunan Garuda 2018, AA mengumumkan bahwa  Garuda Indonesia berhasil mendapatkan laba bersih sebesar 809.840 dollar AS. 

Akan tetapi, Komisaris Independen maskapai Chairal Tanjung dan Donny Oskaria, mengatakan bahwa laporan tersebut tidak sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.

Oleh karena itu, Komisaris Independen menolak laporan tersebut dan sempat menuai polemik. Manajemen Garuda Indonesia dituding telah "memoles" laporan keuangannya.

Setelah beberapa investigasi dilakukan oleh Kementerian Keuangan dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), adanya temuan pelanggaran di laporan keuangan Garuda Indonesia tahun buku 2018. Padahal, jika laporan keuangan disajikan ulang, Garuda Indonesia mencatatkan rugi bersih sebesar 175,02 juta dollar AS atau setara Rp 2,45 triliun dari sebelumnya laba sebesar 5,01 juta dollar AS.

Deretan skandal yang telah terjadi tidak mendapatkan sanksi hukum yang pantas. Mulai dari kasus Munir yang sangat kontroversial, Garuda semakin tidak takut melakukan skandal, menaikkan harga tiket, laporan fiktif dan penyelundupan barang.

Bagi penulis, otak "Racun Arsenik" yang membunuh Munir seolah hidup di dalam Garuda Indonesia sehingga skandal akan selalu terjadi. Penyelesaian kasus Munir memberi kelonggaran kepada manajemen Garuda Indonesia untuk bebas melakukan apa saja untuk kepentingan individu dan kelompok. Orang-orang tidak akan takut melakukan sesuatu yang merugikan masyarakat atau negara, toh, tidak ada hukum yang akan menjerat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun