Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ahok, Rizal Ramli dan Isu SARA yang Tak Pernah Usai

19 November 2019   23:58 Diperbarui: 20 November 2019   00:06 1255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ahok dan Rizal Ramli di kantor Kementerian Menko Kemaritiman

Menurut Rizal Ramli, Ahok hanya "kelas Glodok" dan tak layak menjadi petinggi BUMN.

"Masih banyak eksekutif dari Tionghoa yang lebih baik, bukan kelas Glodok," kata Rizal Ramli

Apa itu Glodok?

Pada zaman Hindia Belanda, peraturan pemerintah yang mengharuskan masyarakat Tionghoa dikonsentrasikan di wilayah-wilayah tertentu supaya lebih mudah diatur, menjadikan beberapa kota sebagai Kampung Cina atau Chinatown.

Glodok merupakan salah satu Kampung Cina yang kini menjadi pusat perdagangan terbesar untuk barang-barang elektronik di Jakarta. Sejak zaman dahulu, sesuai dengan nama kampungnya, mayoritas penghuninya adalah pedagang atau pebisnis Tionghoa.

Kalimat Rizal Ramli terkesan sangat merendahkan orang Tionghoa secara khusus di kampung Glodok. Jika ia menolak Ahok karena dinilai kelas Glodok maka Rizal Ramli menyebarkan isu SARA.

Secara tidak langsung, ia mengatakan bahwa orang Tionghoa golongan Glodok tidak pantas menjabat sebagai pejabat publik dan sejenisnya. Disisi lain bisa berarti ia mengatakan bahwa seluruh orang Tionghoa tidak pantas memimpin di Indonesia karena jumlah orang Cina di Glodok tidak sedikit yang bisa mewakili mayoritas orang Tionghoa di seluruh Indonesia.

Saya tidak tahu, apakah ada alasan lain semacam ini dibalik penolakan Ahok dari Rizal Ramli dan serikat pekerja Pertamina? Jika Ahok ditolak karena beragama Kristen, Suku Tionghoa dan Golongan Glodok maka benar bahwa isu SARA di Indonesia tak kunjung usai.

Salam!!!

Neno Anderias Salukh

Referensi: Satu; Dua;

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun