Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Akankah Nasdem Mengusung Surya Paloh untuk Pilpres 2024?

1 November 2019   07:25 Diperbarui: 1 November 2019   10:16 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Surya Paloh (kiri) berbincang dengan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman ANTARA FOTO/PUSPA PERWITASARI

Surya Paloh kelihatannya cenderung memainkan Budaya Politik Patronage yang mana lebih memilih mencari dukungan dari atas daripada menggali dukungn dari basisnya. Apa maksudnya? 

Sikap politik Partai NasDem akhir-akhir ini mendapat perhatian publik. Pasalnya, NasDem yang berjuang untuk memenangkan Jokowi selama dua periode memberikan sinyal bahwa sewaktu-waktu mereka akan menjadi oposisi meski tiga kader Nasdem saat ini menjabat sebagai menteri.

"Bukan masalah ada kemungkinan akan berhadapan dengan pemerintah atau tidak. Seluruh kemungkinan kan ada saja. Saya kira ada (kemungkinan), kita tak tahu itu kapan. Tapi probability, teori kemungkinan itu, semuanya harus dilakoni dengan pikiran yang sehat dan baik," ujar Paloh saat memberikan keterangan seusai bertemu Presiden PKS Sohibul Iman di kantor DPP PKS, Jakarta Selatan, Rabu (30/10/2019).

Alasan menjadi oposisi bukan tak masuk akal, Nasdem menilai kejombloan PKS di kubu oposisi dapat mengakibatkan ketidakseimbangan dalam pemerintahan Jokowi. Gerindra yang seharusnya menjadi oposisi utama memilih bergabung dengan pemerintah pun menjadi kekuatiran tersendiri, pemerintahan Jokowi terancam otoriter karena porsi oposisi yang tidak mampu mengimbangi kekuatan koalisi pemerintah.

Namun, disisi lain banyak yang menilai sikap politik Nasdem sebagai langkah politik untuk pemilu 2024 termasuk Pengamat politik dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedillah Badrun.

"Sebab jika performa politik pemerintahan Jokowi-Ma'ruf buruk, maka secara politik yang cenderung akan mendapat insentif elektoral yang melimpah adalah partai oposisi yang kebetulan image-nya saat ini ada pada PKS," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Kamis (31/10/2019).

Ya, Partai yang dipimpin oleh Surya Paloh ini mengalami tren peningkatan pendukung positif. Pada tahun 2014, Nasdem memperoleh 36 kursi, kini Pemilu 2019 memperoleh 59 kursi.

Oleh karena itu, langkah Nasdem menuju kursi oposisi untuk mempertahankan dan meningkatkan perolehan kursi pada tahun 2024.

Memang langkah politik Nasdem ini membawa keuntungan tersendiri. Nasdem benar-benar membaca situasi dan keinginan publik. Situasi saat ini, Jokowi dituntut oleh sebagian besar masyarakat Indonesia khususnya revisi UU KPK, pelanggaran HAM yang hanya tinggal janji dan juga masalah Papua.

Keinginan publik juga termasuk Gerindra yang seharusnya menjadi oposisi tidak boleh diizinkan untuk masuk dalam koalisi pemerintah. Pemerintah yang otoriter tidak memiliki oposisi dan inilah saatnya kita kembali pada zaman orde baru bahkan ada yang menyebutnya sebagai Neo-Orba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun