Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mengenal William Aditya, Anggota DPRD Termuda DKI Jakarta, Pengkritik Keras Anies Baswedan

24 Agustus 2019   00:38 Diperbarui: 2 September 2019   18:27 1805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
William Aditya Sarana, Anggota DPRD DKI periode 2019-2024 dari PSI/KOMPAS.com/RYANA ARYADITA UMASUGI

Prinsip ini juga mempengaruhi arah politiknya. Ia lebih memilih PSI yang masih polos dan lugu dari berbagai masalah yang ia benci sebagai partainya daripada partai-partai besar lainnya yang sudah terkontaminasi dengan korupsi dan sebagainya.

Meskipun sangat mudah dan partainya yang baru seumur jagung bahkan sempat dianggap remeh oleh beberapa politisi, William berhasil meraup suara sebanyak 12.295 suara.

Menarik, pria yang sempat tidak dapat persetujuan dari ayahnya sebagai calon legislatif ini menanggapi pandangan orang lain soal usianya dengan mengakuinya tetapi baginya orang tua juga memiliki masalah dimana tidak menggunakan pengalamannya untuk memberantas korupsi dan lain sebagainya.

"Tantangannya yang pertama saya paling muda jadi diremehin. Anak muda bisa apa? Anak kemarin sore. Itu yang saya pernah bilang kalau anak muda itu kurang pengalaman akan tetapi kita tuh bisa tambal dengan ilmu keberanian dan idealisme," ucap William saat berbincang dengan Kompas.comdi Kantor DPW PSI, Kemayoran, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.

Bagi William, hal seperti ini adalah hal yang biasa bagi dia. Pasalnya, ia selalu dipandang sebagai kaum minoritas yang tidak dianggap. Bahkan semasa kuliah, ia sering dikucilkan karena latar belakangnya yang Kristen dan Chinese.

"Di kampus saya double minority. Politik kampus saya kristen saya chinese. Pada saat masuk praktis saya triple minority saya chinese, muda, dan kristen," kata William.

Menarik, sebagai kaum minoritas, ia tidak menyiapkan dana besar-besaran untuk melakukan kampanye atau dengan memberi amplop dan sebagainya. Ia hanya menyiapkan uang untuk alat peraga kampanye dan makan minum dengan warga pada saat kampanye.

"Soal modal, oleh PSI alat alat peraga pun kita dibantu, dan pengeluaran-pengeluaran caleg kalau di PSI itu sangat dijaga karena takutnya akan terjadi mentalitas balik modal," katanya.

Terbukti calon legislatif nomor urut satu PSI memperoleh suara terbanyak dibanding caleg PSI lainnya di Dapil 9 Jakarta Barat. Bahkan, PSI DKI Jakarta mampu meraih suara terbanyak keempat di tingkat provinsi DKI Jakarta di atas partai senior seperti Partai Demokrat dan Partai Amanat Nasional (PAN).

Menarik, sebelum menjadi anggota legislatif, ia sudah berani mengkritik Anis Baswedan soal penutupan trotoar Tanah Abang. Bahkan, Kader PSI ini bersama temannya Zico Leonard berani menggugat Anis Baswedan di tingkat Mahkamah Agung (MA) dan berhasil memenangkan gugatan tersebut. Artinya Pasal 25 ayat (1) Peraturan Daerah (Perda) Nomor 8 Tahun 2007 Tentang Ketertiban Umum yang diterbitkan oleh Anis Baswedan harus ditinjau ulang.

William pun tidak segan-segan menyebut Anis Baswedan sebagai gubernur terburuk yang dimiliki Jakarta. Ia pun mengatakan bahwa DPRD DKI Jakarta pun memiliki kinerja yang sangat bobrok. Untuk itu, ia bertekad merubah pola yang sangat buruk itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun