Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Mengenal Yunarto Wijaya, Target Utama Pembunuhan 22 Mei

12 Juni 2019   06:04 Diperbarui: 13 Juni 2019   06:55 19582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya(KOMPAS.com / ANDRI DONNAL PUTERA)

Yunarto Wijaya merupakan salah satu orang yang menjadi target utama pembunuhan pada aksi massa 22 Mei 2019 selain Wiranto, Luhut, Budi Gunawan dan Goris Mere. Bahkan, berdasarkan hasil pendalaman kasus, Yunarto Wijaya merupakan target utama dan target pertama untuk dieksekusi.

Yunarto Wijaya yang akrab disapa Mas Toto dilahirkan di Jakarta pada tanggal 27 Juni 1981. Kini, umurnya sudah beranjak 39 tahun. Mas Toto menikahi Ivone Kurniawan dan dikaruniai dua orang anak laki-laki yaitu Alvaro Hanz Wijaya dan Alvito Dean Wijaya.

Mas Toto menyelesaikan pendidikan dasarnya di SD St. Maria Fatima Jakarta, SMP St. Maria Fatima Jakarta dan SMA Fons Vitae I Marsudirini Jakarta.

Mas Toto menyelesaikan studi kuliahnya di salah satu Perguruan Tinggi Swasta yang tertua dan paling prestisius di Indonesia. Perguruan Tinggi tersebut adalah Universitas Katholik Parahyangan (Unpar) yang terletak di Kota Bandung.

Di Universitas yang bermotto Bakuning Hyang Mrih Guna Santyaya Bhakti ini, Mas Toto menyelesaikan studi sebagai lulusan terbaik Jurusan Hubungan Internasional di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) pada tahun 2004.

Kemudian pada tahun 2007, pria target pembunuhan ini melanjutkan studi magisternya di Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia dan selesai pada tahun 2009.

Semasa kuliah, Mas Toto dikenal sebagai mahasiswi aktivis yang terus-menerus terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan kemahasiswaan di internal kampus dan eksternal kampus seperti Aliansi Demokrasi untuk Rakyat (Aldera) dan Unit Studi Ilmu Kemasyarakatan (USIK). 

Kerjanya adalah advokasi masyarakat, pendampingan, membuat kelompok diskusi, membuat sekolah malam, bedah buku-buku filsafat dan teori sosial. Tak heran, pria berumur 38 tahun ini memiliki vokal yang sangat bagus dan salah satu pengamat politik yang jenius.

Nah, rupanya ayah Mas Toto ini merupakan aktivis mahasiswa Atma Jaya sehingga sewaktu kecil, Mas Toto dibiasakan untuk membaca koran setiap hari. Itulah cara ayahnya memperkenalkan dunia politik, ekonomi dan dunia sosial kepada anaknya.

'Buah jatuh tidak jauh dari pohon'. Peribahasa kuno untuk menggambarkan regenerasi ilmu, sifat dan karakter dari seorang ayah kepada anaknya.

Mas Toto dikenal sebagai pekerja keras. Pada tahun 2003, sewaktu kuliah, ia mendirikan sebuah restoran pribadi di  Kelapa Gading, Jakarta Timur. Usahanya terus berkembang hingga tahun 2007 ia memutuskan untuk meniti karirnya di Citybank Indonesia sebagai Professional Banker sambil melanjutkan usaha kulinernya.

Pada tahun 2010, Ia membangun sebuah percakapan dengan Bima Arya Sugiarto yang merupakan dosen favorit Mas Toto waktu menjalani studinya di Unpar. Bima menawarkan kepada Toto untuk bergabung dengan Charta Politika, sebuah lembaga riset dan konsultan politik.

Setelah melalui dialog yang panjang dengan keluarganya, ia mengambil keputusan untuk mengakhiri karirnya di Citybank dan memulai karir yang baru di dunia politik.

"Saya meyakini, ini jalan Tuhan. Ada passion di sana, ada gairah, ada panggilan, ada semangat, ada perasaan bekerja dengan menggunakan hati, dan tentu ada dukungan dari keluarga," ujar alumnus Unpar ini.

Bergabungnya Mas Toto di Charta Politika, ia berkomitmen untuk menjadi pengamat untuk memperbaiki sistem politik yang telah rusak sehingga ketika ia tidak berkontribusi, ia menanggung dosa dari sistem politik itu.

Ia juga berkomitmen untuk tidak terjun dalam dunia politik praktis yaitu bergabung dalam Partai Politik.

Mas Toto memulai karirnya di Charta Politika dengan jabatan sebagai analis politik. Selain melakukan riset dan analisis politik, Mas Toto dan rekan-rekannya di Charta Politika memiliki program pendidikan, pelatihan, serta pendampingan bagi anggota legislatif agar mereka memahami dan fungsi dan perannya.

Selama tujuh tahun ia berperan sebagai analis politik dengan kinerja yang optimal. Tak tanggung-tanggung, ia dipilih menjadi direktur eksekutif Charta Politika. Oleh karena itu, sering kali, pria kelahiran Jakarta ini diundang untuk menghadiri diskusi-diskusi politik di layar kaca.

Salah satu komitmennya yang menarik dalam karirnya sebagai Pengamat Politik adalah bekerja independen dan mensyaratkan kemandirian secara finansial.

"Saya tidak mau menjadi pengamat politik yang bisa dibeli. Orang mau beli berapapun, nggak bisa! Karena kantong saya sudah cukup. Sebagai pengamat politik, saya betul-betul independen!" kata Mas Toto.

Ya, bisnis kuliner, bekerja di Charta Politika dan lembaga konsultan relation yang ia miliki cukup untuk menjamin finansial keluarganya.

Namun, pada tahun 2019, Mas Toto dan Charta Politika secara umum dituduh sebagai biang kerok kekalahan Prabowo-Sandi. Charta Politika dituduh telah menerima bayaran dari oknum tertentu untuk memenangkan Jokowi-Ma'aruf dalam survei dan perhitungan Quick Count.

Mas Toto diundang beberapa kali di Televisi bersama BPN dan TKN untuk membahas masalah ini. Pada saat itu, Juru bicara BPN, Andre Rosiade mengatakan survei biasanya meleset karena mengambil beberapa sampel. Dengan tenang suami Ivone Kurniawan menanyakan perbedaan Survei dan Quick Count kepada Andre Rosiade yang tidak mampu menjawabnya.

Pasca pengumuman hasil pemilu, aksi 22 Mei menuntut KPU yang dianggap melakukan kecurangan terstruktur, sistematis dan masif yang dihiasi dengan kekerasan fisik sehingga menimbulkan korban jiwa.

Rupanya, ada oknum yang ingin membunuh empat tokoh nasional, Wiranto, Luhut, Budi Gunawan dan Goris Mere serta target utama, Mas Toto. Usia seperti Mas Toto terbilang masih muda mengingat karirnya cukup dikenal di Indonesia. Dan itu menjadi salah satu alasan mengapa ia menjadi target utama pembunuhan.

Sebelumnya sudah dirasakan oleh Mas Toto sendiri yang kerap diancam melalui SMS, Telpon dan WhatsApp.

"Sampai hari ini ancaman baik lewat telepon dan WA ke saya enggak berhenti," kata Yunarto dalam cuitannya.

Menarik, merespon perencanaan pembunuhan terhadap dirinya melalui cuitan di akun Twitternya, Mas Toto mengatakan bahwa ia tidak mendendam pelaku maupun perencana.

"Sama seperti yg pernah saya tulis, sudah tak ada dendam lagi dari saya dam keluarga baik buat yang jadi perencana atau pun eksekutor," cuit Mas Toto.

"Seringkali kebenaran berujung pada penjara dan kematian. Jika itu terus-menerus terjadi, jangan heran kalau negeri ini sedang dalam perjalanan menuju kehancuran."

Referensi: Satu, Dua, Tiga, Empat, Lima, Enam, Tujuh, Delapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun