Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

"People Power" Tidak Disetujui Oleh Seluruh BPN

6 Mei 2019   06:38 Diperbarui: 6 Mei 2019   12:01 3196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://mv.beritacenter.com

Pilpres 2019 menarik bagi mereka yang menyimak dan mengikuti dari awal sampai saat ini. Bukan hanya menarik, panasnya kompetisi ini cukup menegangkan. Masing-masing kubu menunjukkan ksatria politisinya bahkan kadang kala mereka terlihat dungu oleh publik.

Panasnya pilpres 2019 ini dimulai dari gerakan #2019GantiPresiden diinisiasi oleh Mardani Ali Sera sebagai ketua umum PKS mengundang reaksi politikus Hanura, Inas Zubir dengan mendirikan gerakan coret gerakan ganti presiden atau gerakan Anti Kampret.

Tsunami Politik PKS pun terjadi di Bali merupakan salah satu dinamika politik yang mengejutkan. Tiba-tiba banyak kader PKS mengundurkan diri dengan salah satu alasannya adalah PKS anti demokrasi.

Demokrat yang menjadi rival PDIP selama 10 tahun pun memilih tetap menjadi rival dengan mengarahkan dukungan kepada Prabowo Subianto. Begitu pula PAN masih memilih setia kepada Prabowo Subianto sejak 2014 mengusung Hatta Rajasa mendampingi Prabowo bersaing dengan Jokowi dan Jusuf Kalla.

Mengejutkan, Perindo yang sedikit berseberangan dengan PDIP dalam Pilgub DKI memutuskan berkoalisi dengan PDIP untuk memenangkan Jokowi-Ma'aruf.

Politik ini terus memanas hingga usai pemilu. Kecurigaan dan tuduhan kepada lembaga-lembaga survei yang dianggap ingin memenangkan Jokowi-Ma'aruf di pilpres sudah mulai tercium sebelum pilpres. Begitu pun ancaman People Power oleh Amin Rais.

Tuduhan kecurangan ini mulai menguat setelah pilpres. KPU dan Bawaslu dianggap melakukan kecurangan yang terstruktur, sistematis dan masif bahkan brutal untuk memenangkan Jokowi-Ma'aruf dalam Pilpres kali ini.

Lembaga-lembaga survei dianggap menerima suap untuk memenangkan Jokowi-Ma'aruf. Bahkan, Prabowo menganggap mereka penipu dan menyuruh mereka pergi menipu pinguin di Antartika.

Kubu Prabowo-Sandi pun menggelar deklarasi kemenangan. Berdasarkan pengakuan mereka, data survei yang diperoleh adalah 62% untuk Prabowo-Sandi sehingga apapun yang terjadi Prabowo harus dilantik jadi presiden.

Bahkan jika KPU menetapkan Jokowi-Ma'aruf sebagai pemenang Pilpres maka solusinya adalah People Power. Pengerahan masa dilakukan oleh mereka untuk menggeser KPU tanpa melalui jalur hukum dan konstitusi di Indonesia.

Ancaman People Power ini semakin menguat di ranah publik sehingga publik dibuat seakan percaya pada kubu Prabowo-Sandi bahwa mereka akan menempuh semua ini menggunakan jalur People Power.

Namun, ada beberapa politisi dalam kubu Prabowo-Sandi menunjukkan sikap menghargai Pemilu. Sikap ini sepertinya kode kepada publik bahwa mereka tidak akan menggunakan People Power sebagai jalur untuk menang. Mereka menunjukkan sikap sepertinya tidak menyetujui usulan People Power Amin Rais. Mereka menunjukkan sikap nasionalisme dan politisi sejati.

Berikut ini adalah Politisi yang mendinginkan suasana dengan sikap-sikap mereka yaitu:

Sandiaga Salahuddin Uno

Pria yang mendampingi Prabowo Subianto dalam Pilpres kali ini menanggapi Pemilu dengan cara yang berbeda dengan Prabowo. Prabowo sujud syukur dan klaim menang dengan orasi-orasi kerasnya tidak dipedulikan oleh mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta ini.

Bahkan, ketika BPN menolak rekonsiliasi dari Jokowi, Sandiaga malah berkomentar bahwa ia siap bertemu dengan Pak Kiayi Ma'aruf jika diminta dilakukan sekarang. Bahkan, Sandiaga mengatakan bahwa jika diminta melalui telepon pun ia siap.

Selain itu, BPN ngotot untuk membentuk Tim Pencari Fakta (TPF) untuk mencari kecurangan pemilu di lapangan dari masing-masing kubu malah Sandiaga berpendapat lain. Ia ingin TPF dari masyarakat independen.  Bahkan ia mengatakan jika dari masing-masing kubu apalagi BPN pasti akan bias.

Kalau (digagas) BPN itu pasti akan bias, pasti akan mengunggulkan 02. Harusnya dari masyarakat sendiri. Sekarang kan makin banyak anggota masyarakat yang mengungkapkan itu, langkah baiknya kalau mereka yang organisasikan secara independen tim tersebut," kata Sandiaga dalam jumpa pers dengan Liputan6.

Ia pun yakin bahwa pemilu ini jujur dan adil.
"Tim pencari fakta independen ini yang menurut saya, saya dukung juga karena kita ingin bahwa tentunya pemilu ini memiliki satu keyakinan dari masyarakat bahwa pemilu ini jujur dan adil," kata Sandi di Cirendeu, Tangerang Selatan, Kamis (25/4/2019) melalui Liputan6.

Ada apa dibalik semua yang dilakukan oleh Sandiaga? Tentunya kita tidak tahu tapi yang jelas bahwa pengaruhnya cukup baik terhadap ketegangan antar kubu yaitu mendinginkan suasana.

Agus Harimurti Yudhoyono
Sementara panas-panasnya Pilpres, Demokrat seakan berpindah dan tidak mendukung Prabowo dengan surat terbuka dari SBY kepada Prabowo terkait dengan kampanye di GBK. Namun, dukungan Demokrat tetap diarahkan kepada Prabowo-Sandi.

Setelah Pilpres, BPN menolak rekonsiliasi tetapi Agus Yudhoyono memilih bertemu dengan Jokowi. Apakah ini rekonsiliasi? Atau apakah ada maksud lain dibalik ini semua?

Terserah jawaban publik akan tetapi kehadiran AHY bertemu dengan Jokowi adalah salah satu hal yang mendinginkan suasana yang sedang memanas.

PAN
Ditengah memanasnya politik usai pilpres. Ketua umum PAN secara tidak sengaja bertemu dengan Jokowi di Maluku walaupun pertemuan ini tidak berunsur politik. Namun yang menarik adalah ketika wakil ketua umum PAN secara tegas mengatakan bahwa PAN hanya mendukung Prabowo-Sandi sampai Pilpres.

Ia pun mengatakan bahwa PAN tidak ikut campur dalam People Power yang diinisiasi oleh Senior PAN Amin Rais.
"People power itu nggak relevan, sangat berbahaya bisa menimbulkan chaos di lapangan. Jadi itu hanya ide pribadi," Kata Bara Hasibuan

Nah, kita tahu apa maksudnya tetapi sikap ini termasuk mengurangi tensi yang terjadi di dalam dua kubu.

Mardani Ali Sera
Pria penggagas gerakan #2019GantiPresiden adalah politikus yang paling ngotot untuk menggeser Jokowi dari sebelum Pilpres hingga setelah Pilpres. Namun, mengejutkan ketika ia mengaku gerakan yang ia dirikan sudah tutup buku dan tidak ada lagi.

Ada apa dibalik ini?
Bisa dikatakan wajar ataukah maksud Pak Mardani untuk mendinginkan suasana?
Mari kita menyimak politik selanjutnya
***

Inilah mereka yang mendinginkan suasana politik yang sedang memanas dan bisa dikatakan tidak sepakat dengan People Power.

Salam!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun