Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Solusi untuk Peningkatan Lahan Pertanian di Indonesia

27 April 2019   05:00 Diperbarui: 27 April 2019   05:06 1696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri: Salah satu lahan pertanian di Timor yang sedang dikelola

Pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peran sangat fital dalam kehidupan manusia. Perannya sangat penting dalam menentukan pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat. Di Indonesia, nasi dan jagung merupakan makanan pokok yang merupakan hasil/produk pertanian. Bukan hanya itu, sayur-sayuran dan buah-buahan juga merupakan hasil pertanian dan sebagainya. Tak heran, kebutuhan atau permintaan yang tinggi terhadap komoditas pangan membuat sebuah negara harus mengimpor bahan pangan dari negara lain.

Selasa, 02 April 2019, Detik.com melaporkan bahwa 73 ribu ton jagung di impor dari Brasil masuk ke Indonesia. Perum Bulog melaporkan bahwa 73 ribu ton jagung yang diimpor merupakan bagian dari 150 ribu ton yang diimpor ke Indonesia. Menurut kementrian Koordiantor Bidang Perekonomian, jagung yang diimpor dari Brasil ini merupakan jagung cadangan jika suatu saat persediaan jagung berkurang atau tidak ada.

Pada tanggal 22 April 2019, Detik.com juga melaporkan bahwa Kementrian Perdagangan mengeluarkaan izin impor bawang putih kepada tujuh perusahaan dengan total kuota sebanyak 100 ribu ton. Impor bawang putih ini merupakan pertama di tahun 2019 sehingga memungkinkan di tahun 2019 meningkat dari 100 ribu ton.

Ternyata, menurut Direktur Jenderal Holtikultura Kementrian Pertanian bahwa impor bawang putih dilakukan oleh Indonesia sejak 23 tahun yang lalu atau sekitar tahun 1995 dimana Pak Harto masih berkuasa di zaman orde barunya.

Fakta lain, Indonesia tercatat mengimpor beras sebanyak 2,25 juta ton beras selama tahun 2018. Dikatakan, impor beras tahun 2018 merupakan impor terbesar sejak tahun 2011. Impor beras ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat Indonesia.

Indonesia diklaim akan terus mendatangkan impor jagung dan pangan lainnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan produksi pangan di Indonesia melambat. Tercatat dalam data BPS bahwa dalam empat tahun terakhir Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) tanaman pangan mengalami perlambatan yaitu secara berturut-turut dari 4,32% di tahun  2015, 2,57% di tahun 2016, 2,31% di tahun 2017 hingga 1,48% di tahun 2018. Perlambatan seperti ini jika secara terus-menerus terjadi setiap tahun maka kita harus mengakui bahwa suatu saat PDB tanaman pangan kita mandek atau tidak tumbuh sama sekali.

Salah satu faktor penyebab produksi pangan menurun adalah minimnya lokasi lahan pertanian bahkan menurun di tahun 2018. Bedasarkan data BPS pada sensus pertanian tahun 2013, lahan pertanian indonesia sebesar 7,75 juta hektare tetapi di tahun 2018, survei dilakukan oleh BPS, Indonesia mengalami penurunan luas lahan sebesar 0,65 juta hektare dari 7.75 juta hektare menjadi 7,1 hektare .

Berbeda dengan Thailand, Indonesia hanya memiliki luas lahan dari luas lahan pertanian Thailand yang mencapai 31,84 juta hektar padahal populasi penduduk Thailand hanya 61 juta. Jika dibagi per kapita maka di Thailand kepemilikan lahan sebesar 0,52 per kapita sedangkan di Indonesia 0,03 per kapita dari jumlah penduduk 240 juta orang .

Melalui Voa Indonesia, pada tanggal 26 Februari 2018, untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri, China memebeli lahan pertanian di Eropa, Amerika, Australia dan Selandia Baru.

Belajar dari China dan kenyataan impor pangan yang terus terjadi, kebutuhan pangan memanglah sangat penting. Untuk itu, pemerintah perlu mengambil kebijakan-kebijakan dalam pengembangan pertanian sebagai sektor utama penghasil pangan agar dapat meminimalisir impor dan lebih dari itu kita menjadi negara yang mengekspor pangan terbesar di dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun