Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Salah Satu Penyebab Perundungan

12 April 2019   17:32 Diperbarui: 12 April 2019   17:36 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari website NU Online

Kalau dibutakan emosi, kawan dengan mudah bisa menjadi lawan.

-Primadonna Angela

Kasus pengeroyokan oleh beberapa siswi SMA kepada siswi SMP di Pontianak menjadi masalah serius yang harus ditangani secara serius. Hukum harus ditegakkan berdasarkan undang-undang untuk mewujudkan keadilan. Lebih dari itu, memberikan efek jera pada para pelaku.

Peristiwa ini bermula percekcokan di media sosial. Media sosial bukan lagi media sosial tetapi media soal. Tercatat dalam beberapa tahun terakhir, media sosial seperti Facebook, Twitter, WhatsApp dan sebagainya menjadi jembatan terjadinya kekerasan termasuk kekerasan seksual. 

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi  memiliki dampak negatif yang harus dihadapi dengan penuh hati-hati. Penggunaan Android yang tidak terkontrol akan berdampak pada akses media sosial yang tidak terkontrol juga. Anak-anak dalam masa perkembangan emosional yang masih labil memiliki kemungkinan untuk melakukan tindakan kejahatan melalui media sosial.

Nampaknya, yang terjadi di Pontianak adalah mereka yang belum dewasa secara emosional. Motif pengeroyokan ini sebenarnya dapat diselesaikan atau sebenarnya tidak dapat terjadi. Akan tetapi, antara pelaku dan korban terjerat dengan labilnya emosi mereka sendiri.

Dalam beberapa berita yang saya ikuti. Para pelaku melakukan ini karena emosi yang memuncak ketika ibunya dihina sebagai tukang utang. Bagian ini tidak bermaksud mendiskriminasi korban atau pelaku. Bagian ini hanya membahas emosi labil yang menguasai mereka.

Kejadian ini mengingatkan saya pada kasus pada Piala dunia tahun 2006 ketika final kala itu mempertemukan Italia dengan Perancis. Dalam pertandingan itu, Zidane harus dipaksa keluar karena menanduk Materazzi. Setelah beberapa tahun belakangan ini, Zidane mengaku bahwa, ia melakukan itu karena dia dibilang anak pelacur.

Zidane yang sedang dalam masa emasnya dan ada peluang untuk membawa negaranya menjuarai Piala Dunia tahun 2006, hilang dalam sekejap karena sedikit emosi yang tak terkontrol. Zidane yang cukup dewasa saat itu pun tak mampu membendung dan mengelola emosinya.

Perasaan marah adalah bagian dari emosi. Daniel Golmen dalam bukunya Social Intelegence mengemukakan macam-macam emosi termasuk didalamnya adalah Amarah. Amarah mencakup beringas, mengamuk, rasa benci, jengkel dan kesal hati.

Seseorang marah akan cenderung untuk memukul, berkelahi, melawan dan lebih dari itu melakukan Perundungan seperti yang terjadi pada kasus Pontianak. Tindakan-tindakan tersebut merupakan ekspresi dari amarah tersebut.

Biehler mengatakan bahwa salah satu ciri perkembangan emosional seorang anak berumur 15-18 tahun adalah memberontak. Ini merupakan ekspresi yang universal dari  masa anak-anak menuju masa dewasa.

Dalam masa ini, mereka akan cenderung ekspresif menghadapi setiap relasi sosial mereka. Bahkan, dalam setiap tindakan dan aktifitas mereka. Artinya bahwa, dalam masa ini perlu pembentukan emosional yang kuat dari orang tua.

Dalam kasus Audrey, disebabkan oleh penggunaan gadget dan akses media sosial yang tak terkontrol. Akibatnya, dalam masa perkembangan emosional yang belum matang, mereka menghadapi situasi awal percakapan di media sosial dengan Amarah.

Hal ini berlanjut di dunia nyata. Yang pastinya dalam pertemuan sebelum pengeroyokan pasti ada perang kata yang menjadi bensin bagi api emosi mereka. Akibatnya, amarah itu memaksa mereka untuk memukul dan lebih dari itu menuntut pertumpahan darah. Ekspresi emosional mereka terlihat.

Kasus ini mengajarkan kepada kita bahwa pembentukan emosional seseorang sangat penting terutama dalam keluarga. Pendidikan dalam keluarga sangat berpengaruh bagi pembentukan emosional anak dan remaja.

Kita seringkali mengabaikan peran keluarga sebagai pendidikan pertama sebelum sekolah. Anak diharapkan mendapatkan bimbingan dan pendidikan yang cukup dari sekolah atau bahasa kasarnya adalah menyerahkan sepenuhnya kepada sekolah.

Pembentukan emosional sangat penting dalam keluarga karena dalam perkembangan emosional, anak-anak cenderung untuk mencoba-coba, meniru, mempersamakan diri. Kesempatan ini sebaiknya digunakan untuk mereka jangan mencoba-coba atau meniru sesuatu yang negatif tetapi meniru dan mencoba-coba hal-hal positif.

Emosi sangat berpengaruh dalam proses berpikir dan bertindak. Pengaruh utamanya adalah mengarahkan aksi dan tingkah laku serta memungkinkan untuk mengontrol tingkah laku.

Pembentukan emosional anak dalam keluarga sangat penting. Berkaca dari kasus ini, batasan penggunaan gadget kepada anak-anak pun sangat penting untuk dilakukan. Misalkan tidak boleh bawa HP ke sekolah dan sebagainya.

Pembatasan gadget ini akan membuat anak cenderung bersosialisasi langsung dan membuat perkembangan emosional lebih baik daripada melalui media sosial. Asumsi saya, Kadang kala percakapan melalui media sosial tidak santun karena dianggap sebagai percakapan di dunia maya yang tidak mungkin bermasalah atau kita dapat menghindar sehingga rasa untuk membakar emosi seseorang sangat tinggi. Padahal, yang terjadi adalah saling membakar emosi dan berujung pada percakapan tatap muka dan lebih dari itu dapat terjadi perkelahian sebagai ekspresi emosi mereka.

Pembatasan gadget ini hanyalah langkah kedua yang mungkin kita lakukan. Yang terutama adalah pembinaan dan kasih sayang dari keluarga sangat penting. "Sebetulnya anak-anak nakal bukanlah sebab, mereka adalah akibat" kata Pakar Psikologi UGM.

Dapat kita simpulkan bahwa orang tua adalah salah satu penyebab utama anak-anak nakal. Lebih dari itu, mungkin ada beberapa faktor yang pendukung yang menjadi PR kita bersama terutama orang tua agar terus berupaya membimbing dan membentuk emosi anak dan lebih dari itu adanya pembentukan karakter yang kuat dalam keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun