Pantas saja beliau mengatakan aku pasti bisa! Ternyata, ini lho. maksudnya!
Aku tak sempat mengangguk, tiba-tiba saja aku sudah masuk ke panggung. Suara musik pengiring mengalun, dan kulihat anak itu sudah mulai menari. Aku tersadar, segera kuikuti gerakannya yang lemah gemulai. Rasa gugup perlahan sirna, tubuhku mulai meliuk seirama. Kami bagaikan sepasang penari kembar! Wajahnya dan tubuhnya persis sepertiku, hanya saja dia lebih pendek dariku dan kulitnya terlihat pucat.
Aku dan dia menari dengan penuh perasaan. Senyuman tak pernah lepas dari bibir kami, menggambarkan puteri keraton yang anggun memesona semua mata. Berkali-kali tepuk tangan bergemuruh, saat kami melakukan gerakan-gerakan yang indah. Hm, senang rasanya! Aku merasa, akulah penguasa panggung malam itu! Mungkin inilah yang dirasakan kakakku. Aku harus lebih rajin lagi berlatih, agar menjadi penari seperti kakak, batinku.
Tak terasa alunan musik berhenti seiring tarian pun selesai. Gemuruh dan sorak sorai penonton terdengar. Kulirik pasanganku yang tersenyum ke arahku, kubalas senyumannya dengan penuh rasa terimakasih. Setelah memberi hormat penonton, aku segera berlari ke belakang panggung. Kukira dia mengikutiku, tapi entahlah, tiba-tiba dia menghilang, mungkin dia berlari ke arah yang berlawanan denganku.