Mohon tunggu...
Neni Hendriati
Neni Hendriati Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 4 Sukamanah

Bergabung di KPPJB, Jurdik.id. dan Kompasiana.com. Hasil karya yang telah diterbitkan antara lain 1. Antologi puisi “Merenda Harap”, bersama kedua saudaranya, Bu Teti Taryani dan Bu Pipit Ati Haryati. 2. Buku Antologi KPPJB “Jasmine(2021) 3. Buku Antologi KPPJB We Are Smart Children(2021) 4. Alam dan Manusia dalam Kata, Antologi Senryu dan Haiku (2022) 5. Berkarya Tanpa Batas Antologi Artikel Akhir Tahun (2022) 6. Buku Tunggal “Cici Dede Anak Gaul” (2022). 7. Aku dan Chairil (2023) 8. Membingkai Perspektif Pendidikan (Antologi Esai dan Feature KPPJB (2023) 9. Sehimpun Puisi Karya Siswa dan Guru SDN 4 Sukamanah Tasikmalaya 10. Love Story, Sehimpun Puisi Akrostik (2023) 11. Sepenggal Kenangan Masa Kescil Antologi Puisi (2023) Harapannya, semoga dapat menebar manfaat di perjalanan hidup yang singkat.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Bandros Haneut (Bandros Hangat) si Mang

30 November 2022   14:25 Diperbarui: 30 November 2022   14:39 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Oleh Neni Hendriati

"Bandros haneut(Bandros hangat)!"

Baca juga: Belajar dari Tanah

Tek-tek tek, terdengar suara khas tongkat kecil dari besi, mengenai pikulannnya.

Setiap pagi si Mang berteriak menawarkan dagangannya. Sudah bertahun-tahun si Mang berjualan, mungkin sudah puluhan tahun. Si Bungsu saja sudah lulus kuliah, dan bekerja. Dari masih belajar berjalan sampai kuliah, ia senang jajan bandros hangat.

Dari kejauhan, dia pasti sudah berteriak-teriak memanggil, "Mang!".

Dan dengan riang, dia akan langsung melahap bandros, yang ditiup-tiup tak sabaran.

Kini ia sudah bekerja di Bandung, tak lagi bisa menikmati bandros si Mang yang gurih dan hangat. Ya, tentu saja gurih, karena ada parutan kelapa dalam adonannya.

Hari yang dingin. Hujan gerimis sejak subuh tadi. Si Mang tetap menjajakan jualannya

"Mang, beli!" bocah kecil seberang rumah melambaikan tangan.

Seketika wajah si Mang cerah. Dengan semringah, dia menghampiri bocah tadi. Dari bibirnya keluar rasa ucap syukur."Alhamdulillah, Gusti!"

Dibungkusnya dua lempeng bandros, yang setiap lempeng berisi lima bandros hangat. Jadi total ada sepuluh bandros hangat. Berpindahlah uang lima ribu dari tangan gempal milik si Bocah.

Bocah kecil langsung masuk lagi ke rumahnya dengan riang, dan dengan berkomat-kamit, si Mang mengibaskan uang lima ribu tadi ke atas jejeran bandrosnya.

"Penglaris-penglaris", gumamnya.

Sejenak si Mang clingak-clinguk melihat sekeliling. Wajahnya penuh harap, ada pembeli lain. Tetapi, ditunggu hingga lima menit, tak ada yang datang. Si Mang berdiri menggeliat. Dengan hati-hati, ia memikul dagangannya, kemudian pergi. Kuperhatikan, ia sudah agak bongkok kini.

Kudengar lamat-lamat suara si Mang menjauh. Dari dulu, tak berubah nada dan iramanya.

"Bandros haneut!"

Tek tek tek

Tiba;tiba mataku basah, merasa menyesal tak sempat membeli bandrosnya! Mungkin uang lima ribu dariku, bisa sedikit merinagankan beban hidupnya. Maaf, ya, Mang! Mudah-mudahan, esok masih sempat bertemu.

(Tulisan pernah dimuat di jurdik, dengan beberapa revisi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun