Mohon tunggu...
NENI RATNA YULIANI
NENI RATNA YULIANI Mohon Tunggu... Administrasi - Membaca Dan Menulis Adalah Dua Sejoli

Saya, seorang ibu rumah tangga biasa yang juga seorang ibu bekerja, yang suka banyak hal untuk dikerjakan. Saya suka menulis, meskipun hanya sebatas untuk disimpan sendiri sebagai catatan pribadi atau bisa disebut sebagai diary sehari-hari saya. Saya suka membaca, apa saja. Dari mulai novel, surat kabar, majalah, dan lain-lain. Menyanyi pun saya suka, tapi hanya sebatas menyanyi di rumah, tidak untuk tampil di depan umum. Memasak pun saya suka, tapi juga sebatas untuk makanan biasa yang tidak memerlukan perlengkapan lengkap. Yang paling terkini yang masih saya lakukan adalah berkebun, menanam dan merawat tanaman hias. Saya juga senang bermedsos. Saya punya akun Facebook, Instagram, Twitter, dan bahkan punya channel Youtube, di mana saya bisa mengunggah video dari kegiatan saya berkebun dan merawat tanaman hias. Sisanya, saya suka nonton film. Saya suka film apa saja, tetapi saya paling suka dengan film drama, film detektif, dan film biografi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

KRL Semakin Menjadi Transportasi Andalan Kaum Urban Jabodetabek

14 September 2022   11:30 Diperbarui: 14 September 2022   11:33 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

3. Ada kereta anjlok yang menyebabkan seluruh relasi perjalanan kereta terganggu secara keseluruhan dan menyebabkan perjalanan kereta harus menunggu kondisi normal, biasanya memakan waktu sampai satu jam.

Dulu, sebelum saya mengenal transportasi KRL Jabodetabek, saya hanya mengenal bus biasa dan bus Trans Jakarta (bus way) sebagai alat transportasi dari rumah saya yang berlokasi di Pamulang –Tangerang Selatan menuju Jakarta tempat saya bekerja.

Lalu gegara kantor saya pindah ke wilayah yang rada-rada menyingkir dari jantung ibu kota (gedung lama berada di kawasan Jl. K.H. Wahid Hasyim yang hanya berjarak kurang lebih 300 M dari Gedung Sarinah Jl. M.H. Thamrin), menjadi pindah ke gedung baru yang berada di Kawasan Tanah Abang, tepatnya di Jl. Tanah Abang IV, Jakarta Pusat.

Kondisi ini mengaharuskan saya berganti transportasi. Kira-kira seminggu atau dua minggu sebelumnya, saya melakukan survey lokasi alamat gedung baru kantor saya tersebut. Dan waktu itu, adalah tahun 2013, Trans Jakarta sudah ada, MRT pun belum ada. Survey saya lakukan pada saat hari Minggu, hari libur saya bekerja. 

Dari rumah saya di Pamulang (tidak jauh dari Univeritas Pamulang), saya naik angkot jurusan Muncul-Ciputat, lalu beralih ke bis APTB Ciputat-Harmoni, turun di Sarinah Thamrin, jalan kaki ke depan kantor lama saya di Jl, K.H. Wahid Hasyim, dan dilanjutkan naik bajay. Saya sebutkan ke abang sopir bajay, bahwa saya mau diantarkan ke Jl. Tanah Abdng IV. Singkat cerita, saya sudah menemukan gedung dan alamat dari kantor saya yang baru tersebut.

Repot juga ternyata, tapi karena rute dan jenis transportasi yang saya ketahui saat itu hanya seperti itu, dalam waktu seminggu saya menggunakan rute dan jenis transportasi seperti di atas, sampai ada beberapa orang teman yang memberikan saran kepada saya untuk menggunakan kereta commuter saja. 

Kata mereka, dari Stasiun Tanah Abang ke kantor baru sangat dekat, hanya sekali menggunakan angkot, kurang lebih 10 menit, dengan ongkos hanya  tiga ribu rupiah saja, bahkan ternyata bisa juga berjalan kaki.

Lalu dari rumah saya di Pamulang, ada stasiun terdekat, namanya Stasiun Sudimara, katanya naik saja kereta dari Stasiun Sudimara itu, lalu turun di Stasiun Tanah Abang.

Akhirnya, saya memutuskan untuk mencoba menggunakn KRL ini. Dan benar saja, dari segi waktu, berkali-kali lipat lebih cepat dibandingkan dengan naik bus yang harus sambung menyambung dengan angkot, atau bajay, atau ojek (tahun 2013, belum ada ojol pula). 

Durasi perjalanan pun, dari Stasiun Sudimara ke Stasiun Tanah Abang, hanya sekitar 20 menit saja. Dan untungnya lagi, kereta dari arah rumah saya menuju Tanah Abang itu, jumlahnya cukup banyak. 

Saya bisa naik jurusan Serpong-Tanah Abang, Parung Panjang- Tanah Abang, Maja-Tanah Abang, dan tambahan kereta jurusan Rangkasbitung- Tanah Abang, yang waktu itu masih berupa kereta diesel, jadul, dan kami para penumpang suka menyebutnya dengan sebutan kereta odong-odong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun