Provinsi Jawa Barat juga menempati posisi kedua sebagai provinsi dengan masalah perkawinan di bawah umur terbanyak dengan angka 11,48% dari keseluruhan kasus pada 2020.Â
Dari Provinsi Jawa Barat ini, Kabupaten Cianjur menempati posisi tertinggi kedua pada  2020 tentang masalah perkawinan di bawah umur. Forum Anak Daerah Kabupaten Cianjur tahun 2021 mencatat angka perkawinana di bawah umur Kabupaten Cianjur mencapai angka 48,6%.Â
Menurut Saranathan Ramaswamy, akses pendidikan yang setara diyakini menjadi salah satu instrumen penting dalam memerangi kekerasan seksual, khususnya praktik perkawinan di bawah umur.Â
Adanya program "We See Equal" diyakini kesetaraan gender melalui pendidikan dapat terwujud. Program yang diluncurkan pada 2018 ini untuk memastikan anak perempuan mendapatkan kesempatan yang sama dengan anak laki-laki.Â
Persamaan hak dan kesempatan meliputi akses terhadap pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan yang berkualitas, kesempatan untuk menyampaikan pendapat dengan memberikan ruang yang aman untuk berpartisipasi, serta memiliki status sosial ekonomi yang lebih baik.Â
Dikatakan, saat ini, program We See Equal memasuki fase ketiga (Mei 2022- April 2024) di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur dengan harapan dapat menjangkau sebanyak 6.000 anak.
Program tersebut dengan memasuki tahapan sosio-ekologis melalui pendekatan choices atau partisipasi anak yang bermakna), voices atau keterlibatan aktif orang tua, dan promiseis atau komitmen masyarakat untuk ikut memperkuat faktor pendukung perlindungan dan perkembangan anak.Â
Ketua Yayasan Save the Children Indonesia, Selina Sumbung menambahkan, program We See Equal mulai dari  komunitas di tingkat keluarga, sekolah, dan desa, untuk lebih menyadari terhadap bentuk-bentuk kekerasan terhadap anak.Â
Sejauh ini, masalah yang teridentifikasi banyak yang berkaitan dengan kekerasan berbasis gender. Mirisnya, perempuan seringkali menjadi korban, misalnya seperti kasus-kasus kekerasan terhadap anak, perkawinan anak, anak-anak yang putus sekolah, dan bullying.Â
Menurutnya, masalah-masalah tersebut bermuara pada satu hal krusial sebagai fundamental kehidupan anak, yakni pengasuhan orang tua. Karena itu, penguatan upaya pengasuhan akan menjadi fokus utama di fase ketiga ini.Â