Ini adalah sarapan anak pertama dan anak kedua saya di Rabu pagi yang cukup cerah. Sup krim. Sup ya bukan sop. Kata KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesian, penulisan yang benar adalah sup.
Ceritanya sih mau bikin sup krim asparagus seperti yang sering saya makan di hotel atau restoran ketika menginap atau saat ada agenda kegiatan. Ini sup kesukaan saya. Terlebih biasanya sering dicampur dengan kepiting. Rasanya nikmat pisan.Â
Tapi berhubung tidak ada asparagus dan kepiting, jadi isinya saya ganti. Kebetulan ada tahu, ikan patin, telur ayam. Ya ibarat kata pepatah, "tidak ada akar, rotan pun jadi" atau "banyak jalan menuju Roma".
Nah, biar kenyang, sup ini saya tambahkan nasi. Kebetulan nasi di rice cooker tinggal sedikit. Tinggal sepiring saja. Kan, kandungan gizinya jadi tambah lengkap tuh.
Ok. Mari memasak. Nasi direbus, bersama tahu yang sudah dihancurkan dan daging ikan patin yang disuwir-suwir. Rebus sampai agak hancur. Masukkan 5 siung bawang putih cincang dan sedikit jahe.
Satu butir telur ayam dikocok, campurkan ke rebusan sup. Kasih penyedap rasa. Aduk-aduk. Lalu masukkan 1 sendok makan tepung sagu yang sudah dilarutkan biar sup agak mengental. Koreksi rasa. Matikan kompor. Terakhir masukkan potongan bawang daun.
Tuangkan sup ke piring mangkok. Taburi dengan keju parut dan bubuk cabai. Sayurannya tambahkan daun salada.Â
Taraa... jadi deh sup krim tahu ikan patin ala Chef Bunda Tety. Prosesnya tidak lama kok. Tidak sampai 30 menit. Bikinnya juga mudah banget. Tidak perlu keahlian khusus untuk membuatnya.
Nah, yang selalu menjadi pertanyaan setiap menu sarapan siap tersaji, apakah enak? Apakah disukai anak-anak? Dan, jawabannya...anak-anak suka tuh dan bilang enak. Satu piring sup krim habis disantap tanpa sisa.
"Ayo, Kak, sarapan, mumpung hangat. Pagi-pagi makan yang hangat-hangat biar perut terasa hangat, pembuluh darah melebar. Tubuh semakin fit. Cobain deh, enak nggak," kata saya.
