Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Halal Bihalal dan Pentingnya Memuliakan Tetangga

16 Mei 2022   21:44 Diperbarui: 16 Mei 2022   21:53 2000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ustadz Nugroho saat memberikan tausyiah (dokumen pribadi)

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Rasulullah bersabda, "Barangsiapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah dan tidak memberi karena Allah, maka sungguh telah sempurna Imannya" (Hadist Riwayat Abu Dawud dan At-Tirmidzi)

Sekarang kita memasuki bulan syawal. Di bulan ini begitu banyak yang melakukan halal bihalal. Kata yang berasal dari bahasa Arab, yang artinya saling menghalalkan. Tetapi halal bihalal ini sendiri di Arab tidak ada.

Halal bihalal ini ciri khas orang Indonesia. Tradisi yang melekat di masyarakat sejak lama. Tradisi yang dilakukan setelah beberapa hari Idulfitri. 

Menurut ustadz, halal bihalal ini penting dilakukan. Mengingat selama Ramadan atau justru sebelumnya, kita tidak luput melakukan salah dengan sesama umat manusia. Sesuatu yang diharamkan dalam ajaran agama.

Halal bihalal inilah yang lantas menghalalkan sesuatu yang haram tadi. Caranya, ya dengan bermaaf-maafan dengan saling mengikhlasan sehingga hati kembali fitri atau suci sebagaimana makna idulfitri itu sendiri.

Bagaimanapun kita tidak akan pernah luput dari salah dan dosa. Ini sudah melekat dalam diri kita. Tinggal bagaimana kita mengendalikan diri agar tidak terjerumus dalam perbuatan salah dan dosa.

Sebagaimana firman Allah, "Dan (demi) jiwa dan penyempurnaannya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya." (QS Asy-Syams 91: 7-10).

Dari ayat ini, Allah menyampaikan di dalam diri kita diliputi dengan kefasikan dan ketakwaan. Ini sudah satu paket. Nah, kita condong ke mana. Kefasikan atau ketakwaan? 

Orang yang memilih ketakwaan dikatakan Allah sangat beruntung, sementara yang mengotori ketakwaan itu termasuk orang yang merugi. 

Berbuat salah adalah tabiat manusia. Kita ini siapa? Nabi-nabi saja pernah berbuat salah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun