Orangnya juga suka dandan. Beda deh pokoknya dengan saya hehehe... Dia juga suka menghabiskan buah-buahan yang saya beli khusus buat anak saya. Kalau hanya 1 buah sih tidak apa-apa. Ini sampai tidak bersisa.
ART lainnya ada yang bangunnya siang mulu. Saya saja bangun sebelum adzan subuh. Sampai saya selesai shalat subuh belum bangun-bangun juga. Saya selesai urusan di dapur, belum bangun juga.Â
Ada juga ART yang saya duga sempat ambil uang saya. Tidak banyak sih, "cuma" Rp100.000. Persoalannya, duit itu masih ada ketika saya pulang kerja. Sudah saya cari-cari, di bawah meja tidak ada.
Saat saya tanya katanya tidak tahu, tapi matanya sambil melirik ke anaknya yang masih SMP. Anaknya yang perempuan memang saya ijinkan tinggal di sini. Saya juga ijinkan jika ada kawan sekolah anaknya ke rumah, entah untuk main atau belajar.
Ya, sudah. Saya orang kalau kehilangan sesuatu ya tidak dipikirkan banget. Kalau hilang, ya sudah. Namanya bukan rejeki. Kalau itu rejeki saya, pasti akan kembali kepada saya. Saya pun ke kamar.
"Bund, Bund, uangnya ketemu nih," panggilnya.
"Ketemu di mana?" tanya saya seraya ke luar kamar.
"Itu di kolong meja," katanya sambil menunjuk ke kolong meja.
Saya heran dong. Saya sudah berkali-kali mencari di kolong meja tidak ada, kok tiba-tiba jadi ada? Aneh, kan. Tapi, ya sudahlah.
Ada juga yang usia lansia. Usianya 75 tahun. Saya cek KTP-nya, iya. Rambutnya yang panjang memutih semua. Tinggal di Bogor. Setiap Sabtu dia pulang, Senin masuk lagi menggunakan transportasi kereta listrik.
Entah bagaimana ceritanya si Mbah bisa "melamar" kerja di rumah saya. Memang waktu itu, saya sedang membutuhkan ART yang fokus untuk menjaga anak kedua saya, yang masih bayi.