Saya bersyukur jam kerja saya tidak harus jam kantoran. Karena saya pekerja lapangan, saya tidak harus jam 7 pagi sampai di kantor.Â
Membuat laporan juga tidak harus di kantor. Setiap laporan yang masuk sudah dianggap hadir. Tidak perlu lagi tanda tangan kehadiran.
Jadi, saya masih leluasa mengurus anak-anak saya, baru berangkat. Kecuali jika ada jadwal piket pagi. Biasanya saya minta hari Sabtu. Â Suami biasanya sangat jarang ada kerjaan, jadi ada yang mengawasi anak-anak.
Saya mendapatkan para ART ini ya dari mulut ke mulut ART di kompleks rumah, ada yang datang sendiri, ada juga dari abang sayur yang biasa mangkal di kompleks rumah.
"Bang, kapan mudik?" tanya saya ketika berbelanja.
"Mungkin seminggu lagi," jawabnya.
"Kira-kira ada nggak yang mau bantu-bantu saya, nggak Bang?" tanya saya.Â
"Oh, iya Bu, nanti saya cari ya, kayaknya sih ada yang mau kerja," katanya.
Kalau mendatangkan dari Jawa berarti konsekuensinya, saya harus mengongkosi si abang sayur dan si mbak yang didatangkan. Begitu pula ketika tiba-tiba si mbak pulang kampung.Â
ART dari Jawa, ada beberapa, dan rata-rata tidak lama. Lebih karena mereka menikah. Janjinya sih mau balik lagi. Ditunggu seminggu eh tidak datang-datang juga.Â
Setelah ditelepon, katanya dilarang suaminya. Entah alasan yang mengada-ada, entah memang demikian adanya. Ya, sudahlah. Mau bagaimana lagi?Â