Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menjadi Korban Copet: Dipepet, Ditodong, Dibuntuti, Didorong, Bersitegang

15 Juni 2021   17:50 Diperbarui: 15 Juni 2021   19:08 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jadi, mungkin saya sudah diincarnya. Maka, dia naik angkot yang sama, D05 rute Terminal Depok - Citayam, mengikuti saya. Memang sih dia beberapa kali melempar senyum kepada saya, tapi karena saya merasa tidak kenal, saya abaikan.

Mengapa saya "menuduh" dia, karena dia turun dengan tergesa-gesa dan hampir terjatuh. Selain itu, orang itu duduk di depan saya, sehingga menjadi orang yang paling dicurigai.

Posisi duduk dengan tas ransel agak gede yang sengaja menutupi kedua tangannya menjadi hal yang mencurigakan juga. Kan biasanya kedua tangan di atas tas, dan ini tidak.

Ya, sudahlah, bukan rejeki. Saya hanya bisa menikmati hp keluaran terbaru itu selama 2 minggu saja. Mungkin orang itu butuh uang untuk biaya pengobatan anak, isteri, atau orangtuanya yang sakit.

Sejak itu, saya mulai waspada dengan orang yang mencurigakan seperti dia. Jangan sampai kejadian ini terulang lagi. Saya juga lebih berhati-hati jika menerima panggilan di tengah keramaian.

***

Ketika itu, setelah menuntaskan agenda kegiatan saya di Hotel Borobudur, saya pun memutuskan pulang naik bis Patas AC dengan rute Terminal Senen - Terminal Depok (saya lupa nomor trayeknya, mungkin 134?).

Bis ini ngetem di pinggir jalan, jadi tidak di dalam terminal. Saat itu, pukul 8 malam. Karena ada beberapa bus yang ngetem, saya pun menaiki bis yang paling depan. Tapi masih sepi. Saya memilih duduk di tengah. Cahaya di dalam bis agak temaram.

Tiba-tiba muncul pemuda dekil dengan pisau kecil di tangannya. Dia menodongkan pisau itu ke leher saya. Saya tidak tahu dia beraksi sendiri atau ada temannya di belakang memantau situasi.

"Serahin hp loe, atau mati?!" katanya.

Dari mana dia tahu saya punya hp? Saya ingat saya sempat menerima telepon ketika menuju ke bis paling depan. Mungkin dia melihat, jadi saya pun diincarnya. Saya lupa kalau kawasan Senen adalah kawasan pencopet.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun