Ia pun meminta masyarakat untuk mewaspadai situasi lonjakan kasus Covid-19 hingga empat pekan ke depan sesuai masa inkubasi SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. Presiden Joko Widodo juga memberikan arahan yang sama.
"Termasuk para ibu, sebelum menerima kembali asisten rumah tangga yang pulang mudik untuk melakukan screening," katanya mengingatkan dalam webinar hasil kolaborasi Satgas Penanganan Covid-19, Kongres Wanita Indonesia (Kowani), dan Pita Putih Indonesia ini.
Bidang Perubahan Perilaku sendiri dibentuk untuk menangani permasalahan penularan Covis-19 di hulu dengan mendorong percepatan perubahan perilaku masyarakat agar mematuhi protokol kesehatan dan perilaku hidup sehat.
Bentuk sosialisasi yang dilakukan adalah dengan memastikan meningkatnya kesadaran masyarakat dan kepatuhan terhadap protokol kesehatan pencegahan Covid-19, yakni 3M + 3T (Tes, Telusur, dan Tindak Lanjut) + vaksinasi + penerapan Posko Desa.
Kemudian perubahan perilaku ini diintegrasikan dengan "iman" (beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing), "aman" (patuh protokol kesehatan melalui 3M), dan "imun" (makan yang sehat, bergizi dan seimbang, olahraga teratur, dan istirahat yang cukup).
Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19, dr. Alexander Ginting, Sp.P(K), yang menjadi pembicara dalam webinar tersebut, menyampaikan strategi kolaborasi pentahelix dalam upaya mengantisipasi lonjakan kasus penularan Covid-19 perlu ditekankan.
Tanpa kolaborasi segala upaya akan mengalami kegagalan. Kolaborasi pentahelix artinya, tanggung jawab penanggulangan Covid-19 tidak semata-mata ada di pihak Satgas Covid-19, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Dalam Negeri, tapi jadi tanggung jawab semua sektor publik masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, swasta semua harus terlibat.
Jika strategi pentahelix tersebut berhasil, maka Indonesia bisa terhindar dari potensi ledakan jumlah kasus seperti yang sedang terjadi di India dan di negara-negara lain.
"Sebenarnya, dalam tiga bulan terakhir, angka kasus Covid-19 di Indonesia telah terkendali. Namun permasalahan di Indonesia saat ini adalah aktivitas mudik Lebaran hingga kegiatan silaturahmi Idul Fitri yang berpotensi memicu penularan SARS-CoV-2," tuturnya.
Dikatakan, ada satu hal yang mungkin telah dilupakan bahwa di dalam pesan-pesan prokes ada upaya promotif dan preventif. Maka dari itu, harus dipahami bahwa strategi promotif dan preventif ini jauh lebih murah dibanding upaya kuratif atau pengobatan.
"Jadi, ini mungkin belum banyak yang tahu juga di masyarakat, bahwa untuk merawat satu orang pasien dengan kondisi sedang dan berat itu bisa menghabiskan puluhan hingga ratusan juta rupiah. Padahal dengan upaya promotif dan preventif itu akan jauh lebih murah," tegasnya.Prokes 5M -- memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan pakai sabun, menghindari kerumunan, dan menjaga mobilitas adalah investasi kesehatan jangka panjang.