Jadilah, tadi siang kami makan dengan sambal goreng jengkol dan tumis terong goreng. Alhamdulillah...nikmatnya, pakai nambah lagi. Makan dalam keadaan hangat memang enak.
Anak milenial doyan jengkol juga hehehe... Ya, siapa yang tidak tahu jengkol? Jika dulu "dicaci maki", sekarang dipuja puji. Jika dulu dilirik juga tidak, sekarang anak saya menikmatinya.Â
Malah besok-besok dia minta dibikinkan lagi. Tapi bukan disambal. Mintanya digoreng saja. Saya pun mengiyakan karena itu mah simple tanpa ribet apalagi repot.
Menurut saya, anak-anak memang perlu diperkenalkan dengan jengkol, bahwa jengkol enak dimakan, bahkan menyehatkan. Lha saya saja sedari kecil suka makan jengkol.
Dengan catatan, jangan terlalu banyak makannya karena bisa keracunan, juga dapat mengganggu kerja ginjal. Karena itu, setelah makan jengkol jangan lupa minum air putih ya untuk menetralisir efeknya.
Jengkol dikatakan menyehatkan karena kaya karbohidrat, protein, vitamin A, B, dan C, fosfor, kalsium, alkaloid, minyak atsiri, steroid, glikosida, tanin, dan saponin.
Kandungan protein jengkol bahkan masih lebih tinggi daripada tempe yang selama ini disebut-sebut sebagai sumber pangan nabati berprotein tinggi.
Nah, bagaimana berani mencoba sensasi pedasnya?