Gunung Semeru adalah gunung tertinggi di Jawa. Suami bercerita Herman dan Gie dulu sama-sama menginisiasi pendakian ke Gunung Semeru.
Pada 12 Desember 1969, bersama Aristides Katoppo, Abdurrachman, Anton Wijana, Rudy Badil, dan dua anak didik Herman: Idhan Dhanvantari Lubis serta Freddy Lodewijk Lasut, mereka berangkat ke Semeru.
Namun, peristiwa pilu terjadi. Gie tutup usia begitu ia, Herman, dan Idhan menjejakkan kaki di Puncak Mahameru. Gie menghirup gas beracun. Soe Hok Gie meninggal di pangkuan Opa Herman. Jelas, ia begitu sedih.
Suami akhirnya tidak jadi ke kantor. Ia mengabarkan pada pimpinannya kalau tidak bisa ke kantor dengan alasan akan ke rumah duka. Pimpinannya pun mengizinkan. Jadi, pekerjaan kantor dikerjakan di rumah.Â
Kemudian suami bergegas ke RS Harapan Kita, Jakarta Barat, usai menuntaskan pekerjaannya. Ya, opa disemayamkan di Rumah Duka RS Harapan Kita hingga sore.
Seusai menuntaskan pekerjaannya, Selasa (23/3/2021) siang tadi, suami juga ikut ke pemakanan Herman Lantang di  Taman Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir, Jakarta Selatan. Teman-temannya sesama Mapala UI sebagian sudah berada di sana.
Banyak kenangan indah yang didapatkan suami bersama Herman Lantang. Dalam berbagai kesempatan suami selalu bercerita tentangnya ketika berjumpa dengannya.
Lebih seringnya bertemu saat Mapala UI berulang tahun. Meski usianya tidak muda lagi, Herman Lantang kerap menyempatkan diri untuk menghadirinya.
Cerita yang tidak kalah menegangkan, yaitu ketika Herman Lantang memimpin ekspedisi Mapala UI ke Puncak Carstenz, Pegunungan Jayawijaya. Rabu, 23 Februari 1972, bersama tujuh anggota Mapala UI.
Dikatakan menegangkan, karena Herman dan kawan-kawannya melanggar amanat Rektor UI kala itu, Soemantri Brodjonegoro, yang hanya membolehkannya mendaki sampai di batas salju.
Meski sempat kesal, namun akhirnya Soemantri jadi percaya dengan Mapala UI. Ia pun selalu memberi dukungan terhadap ekspedisi Mapala UI selanjutnya.Â