Terlebih Klinik dr Salma yang praktik di kompleks tempat tinggal saya juga mempunyai kebijakan tidak memungut biaya bagi si mbak, petugas kebersihan dan petugas keamanan yang bekerja di kompleks ini jika berobat di klinik tersebut.Â
Kalau si mbak sehat, pekerjaan rumah pasti beres. Saya pun merasa puas, tidak perlu keteteran mengurus pekerjaan rumah.Â
7. Memberikan pujian
Tidak lupa saya berikan pujian ringan untuk hasil pekerjaannya dan mengucapkan terima kasih. Kalau saya atau suami dan anak-anak membutuhkan sesuatu selalu disertai dengan kata "tolong".
8. Makan dengan menu yang sama
Saya tidak membeda-bedakan antara makanan saya dan si mbak. Semuanya sama. Makan yang tersaji di meja makan. Tidak dipisah-pisahkan ini buat si mbak, ini buat saya dan keluarga.
Makan dengan ikan asin, ya sama makan ikan asin juga. Makan dengan sayur sop, juga begitu. Makan dengan daging ayam, ikut makan juga. Tidak dibedakan.
9. Mengajarkan anak untuk menghargainya
Saya juga suka membiasakan anak-anak mencium tangan si mbak jika mbak pamit pulang. Saya tanamkan pada anak-anak, jika mbak adalah orangtua juga yang harus dihargai.Â
10. Memberinya cuti
Setiap menjelang hari lebaran, saya memberinya cuti satu minggu berikut tunjangan hari raya satu bulan gaji. Biar dia juga merasakan kebahagiaan di hari raya.
11. Memberinya perhatian
Misalnya ketika pulang dari luar kota saya juga membagikan oleh-oleh. Atau ketika membutuhkan perlengkapan memasaknya yang rusak di rumahnya, saya memberinya sedikit bantuan.
Dan, tentu saja itu akan berimbas pada "profesionalitasnya". Sehingga ia bekerja tidak dalam tekanan atau dalam keterpaksaan. Ia pun melakukan pekerjaannya dengan penuh suka cita.
Dengan perhatian-perhatian seperti itu, meski kecil, menurut saya ini akan membuatnya merasa dihargai dan dipedulikan. Ia pun akan betah bekerja di rumah saya.Â
Terbukti sudah 10 tahun ini si mbak membantu pekerjaan rumah saya. Dari anak-anak saya masih kecil-kecil hingga remaja, belum tergantikan.Â