Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Sih Harus Terjadi Puber Kedua?

23 Desember 2020   12:49 Diperbarui: 23 Desember 2020   12:56 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya tidak tidak habis pikir ada lelaki beristri mencurahkan segala perasaannya kepada saya, perempuan bersuami, bahkan sudah punya anak tiga. Yang itu artinya, saya bukan lagi perempuan lajang. Bukan perempuan usia muda juga.

Jelas saya marah dan kesal. Boro-boro saya klepek-klepek, yang ada saya malah ilfeel. Ya bagaimana saya tidak marah. Saya merasa harga diri saya dilecehkan. Rasanya tidak percaya ada lelaki bodoh yang melakukan itu, yang mau merusak ikatan pernikahan, dan melanggar janji setia pada pasangan.

Saya dan lelaki itu memang berteman. Satu profesi tapi beda kantor. Saya beberapa kali mengajaknya untuk menghadiri suatu agenda pekerjaan. Ya memang lebih sering dia yang saya ajak dibanding teman lelaki saya yang lain.

Ternyata dia mengira saya menyimpan perasaan kepadanya. Ya tentu saja tidak. Untuk menjalin hubungan lebih dari sekedar teman saja tidak terpikirkan sama sekali oleh saya. Lagipula dibandingkan dengan suami saya, ya dia tidak levellah. Tidak apple to apple.

Berulangkali ia menyatakan perasaannya. Membuat puisi, menulis surat, hingga mengutarakan langsung. Baik ketika bertemu langsung atau melalui pesan whatsapp. Jelas saya marah. Kalau pas hp saya sedang dipinjam suami atau dipegang anak-anak saya, bagaimana?

"Loe itu sudah punya bini, punya anak, bahkan punya cucu, maksud loe apa begini. Itu sama saja artinya loe kagak menghargai pernikahan loe. Itu sama saja loe ngajak gue untuk berbuat dosa, ngajakin gue berselingkuh, sama aja loe menginjak-injak harga diri gue," kata saya kesal.

Lelaki itu memang sudah punya cucu meski usia saya dengannya tidak terpaut jauh. Itu karena dia menikah usia muda. Menurut pengakuannya, ia menikah ketika lulus SMA. Tapi kan itu bukan menjadi alasan untuk berpaling.

"Loe itu sama aja melecehkan gue. Gue ini perempuan berjilbab, punya suami, punya anak. Loe nggak pandang jilbab gue apa?  Perlu loe tahu rumah tangga gue juga baik-baik aja. Dan, ingat gue itu nggak punya perasaan yang sama dengan loe" kata saya lagi.

Saya bilang kepadanya untuk memperbaiki hubungannya dengan istrinya. Lakukan komunikasi dari hati ke hati. Untuk mengenang kembali momen-momen indah bersamanya. Atau saat awal-awal pertama berjumpa. Kalau perlu honey moon lagi tanpa anak-anak.

Tapi omongan saya ini tidak diindahkannya. Ia tetap bersikukuh dengan perasaannya. Ia beralasan tidak ada yang bisa melarangnya untuk memiliki perasaan cinta kepada saya. Mendengar penuturannya saya jadi eneg.

Saya pun mulai mengambil jarak. Berbicara seperlunya. Setiap pesan whatsaap darinya yang tidak ada kaitannya dengan pekerjaan saya abaikan, bahkan saya langsung hapus. Tiap dia menelepon saya tolak atau saya biarkan sampai deringnya berhenti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun