Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Batan Kembangkan Sistem Deteksi Bahaya Radioaktif

12 November 2020   13:30 Diperbarui: 12 November 2020   13:34 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pegawai Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir lakukan simulasi sensor Sistem Pemantauan Radiasi untuk Keselamatan dan Keamanan (Dok BATAN)

Ini sebenarnya catatan yang tertinggal saat saya bersama beberapa kawan yang tergabung dalam komunitas Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Mapiptek) berkunjung ke Badan Tenaga Nuklir (Batan) Kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan (Puspiptek) Serpong, Banten, pada Selasa (27/10/2020) lalu. 

Karena kesibukan saya, baru sempat saya ulas hari ini. Berikut catatannya berdasarkan keterangan yang disampaikan Kepala Batan Prof. Anhar Riza Antariksawan dan Kepala Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir (PRFN) Batan Ir. Kristedjo Kurnianto, M.Sc, saat menerima kunjungan kami. Semoga bermanfaat.

***

Ada yang tahu apa persamaan Covid-19 dan radiasi? Apa ya? Iya, betul, sama-sama ada tapi tak terlihat. Covid-19 kita menyakini ada tapi mata kita tak dapat melihatnya. Begitu pula halnya dengan sinar radiasi. 

Bagaimana caranya untuk bisa membuktikan itu ada? Bahwa benar ada Covid-19, bahwa benar ada radiasi, terlebih kedua penampakannya tidak terlihat oleh mata. Apakah dengan diraba?

Apakah dengan gejala-gejala sudah menunjukkan seseorang terkena Covid-19? Kita demam tinggi, disertai batuk, sesak napas, diare, apakah lantas kita bisa dibilang terinfeksi virus Corona?

Ya tentu saja tidak. Iya kan? Nah, untuk memastikannya harus ada deteksi. Kalau Covid-19 deteksi dilakukan dengan rapid test dan swab test. Meski rapid test hasilnya reaktif belum tentu seseorang berarti positif Covid-19, bisa jadi terkena virus yang lain. Untuk memastikannya, perlu dilakukan tes swab. Jika positif, ya berarti positif, kalau negatif ya berarti tidak terinfeksi.

Lalu bagaimana juga dengan seseorang yang terpapar zat radioaktif? Apakah dengan mual, muntah, diare, sakit kepala, demam, pusing, atau kelelahan kita langsung divonis terkena radiasi?

Paparan radiasi jika melebihi dosis ambang batas pada jaringan atau organ manusia dapat menyebabkan kematian sel dalam skala yang cukup luas merusak fungsi jaringan atau organ. Efek ini dikenal sebagai "efek deterministik".

Lalu, bagaimana dengan radiasi? Ya sama, dideteksi juga. Tentu saja dengan alat khusus sensor atau detektor radiasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun