Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Wedang Jahe dan Filosofinya yang Membumi

11 Oktober 2020   14:27 Diperbarui: 14 Oktober 2020   11:29 3707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi wedang jahe. (sumber: shutterstock)

Setelah berolahraga pagi bersama teman-teman dengan berjalan kaki mengelilingi sirkuit Sentul yang berada di area Hotel Lor Internasional, Sentul, Jawa Barat, Minggu (11/10/2020), kami pun berkumpul di gazebo dekat kolam renang.

Di sini, kawan-kawan peserta pelatihan kewirausahaan dan inovasi yang diadakan Kementerian Koperasi dan UKM ini menikmati hidangan kecil yang disajikan pihak hotel. Sajian yang tentu saja untuk menambah energi setelah berolahraga.

Ada jagung rebus, pisang rebus, keripik singkong pedas. Minumannya, ada teh, kopi, dan wedang jahe. Karena saya cukup berkeringat setelah berjalan kaki, saya pun menuangkan wedang jahe dari teko ke dalam cangkir. 

Saya sengaja memilih wedang jahe, karena saya sudah terlalu sering minum teh dan saya tidak suka minum kopi. Sementara itu, wedang jahe sangat jarang saya minum. Kecuali dalam situasi dan kondisi tertentu.

Saya pun menyeruputnya sedikit demi sedikit. Hmmm...segar. Saya merasa hangatnya mengaliri pembuluh darah saya. Jahenya yang hangat membuat tubuh saya terasa segar.

Secangkir wedang jahe. (Foto: Dokumentasi pribadi)
Secangkir wedang jahe. (Foto: Dokumentasi pribadi)

Semakin terasa segar ketika burung-burung yang berada dalam sangkar saling bersiutan. Sinar mentari cukup bersahabat setelah semalam diguyur hujan cukup deras. Tak terasa secangkir wedang jahe habis saya seruput.

Wedang dalam bahasa Jawa berarti minuman. Berarti wedang jahe adalah minuman jahe. Sebagaimana namanya, minuman tradisional yang cocok diminum oleh semua kalangan ini terbuat dari jahe ditambah gula merah, batang sereh.

Minuman "berenergi" ini sering disajikan dalam keadaan hangat, yang biasa digunakan untuk menghangatkan badan saat cuaca dingin, atau ketika sedang terkena flu, juga saat badan kurang terasa fit.

Cara buatnya mudah. Biasanya, kalau saya, jahe dimemarkan lalu direbus, ditambahkan gula merah, dikasih batang sereh. Rebusnya tidak perlu lama-lama. Sudah, selesai. Tuangkan ke dalam gelas. Diminum dalam keadaan hangat, percaya deh tubuh akan terasa segar.

Sambil mengobrol-ngobrol bersama Deputi Pengembangan SDM Kementerian Koperasi dan UKM Bapak Arif Rahman Hakim yang baru beberapa bulan ini menjabat, saya kembali menuangkan wedang jahe ke dalam cangkir kosong yang isinya sudah habis saya seruput. Saya pun kembali merasakan kehangatan.

Bagi saya, wedang jahe bukan sekadar minuman tradisional yang diwariskan secara turun temurun. Ada filosofi di dalamnya. Bagaimana jahe tetap merendah di bawah tanah, tak mau menonjolkan diri ke atas agar terlihat oleh orang-orang. Ia tetap membumi memberikan manfaat bagi sekitarnya.

Saya pun jadi belajar pada "filosofi hidup" jahe, yaitu "memberikan kepada orang lain sesuatu yang baik, tanpa mereka harus tahu apa isi di dalamnya." Kalau diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, maka filosofi ini saya artikan sama dengan "tangan kanan memberi, tangan kiri tidak perlu mengetahui."

Wedang jahe yang hangat ini memberikan simbol kehangatan, yang menuntun kita, khususnya saya, untuk memberikan kehangatan kepada yang lain. Bisa senyuman hangat, pelukan hangat, suasana hangat, atau sambutan hangat.

Sebagaimana wedang jahe yang hangat, kehangatan yang kita berikan kepada orang lain akan menghangatkan jiwa kita. Jika jiwa kita hangat, akan membuat hidup kita jadi lebih bermakna seperti wedang jahe yang memberikan banyak khasiat bagi tubuh.

Perenungan saya mengenai wedang jahe ini pun terbuyarkan ketika para peserta pelatihan diminta untuk memperkenalkan diri masing-masing. Karena masih pandemi Covid-19, jumlah peserta pun tidak banyak. Hanya sekitar 17 orang saja. Meski jumlah pesertanya sedikit, suasana yang tercipta terasa hangat, sehangat wedang jahe.

Menurut kawan saya yang berasal dari Jawa, wedang juga memiliki makna "ngawe-ngawe kadang". Ngawe-ngawe sama dengan memanggil untuk mendekat.

Maka ngawe-ngawe kadang berarti merajut persaudaraan dengan berinisiatif "memanggil-manggil". Sehingga yang dari tidak saling mengenal menjadi saling mengenal dalam persaudaraan. 

Dengan kata lain, kita berusaha dan berupaya untuk merawat persaudaraan. Yang sudah terjalin dijaga. Yang belum terjalin ya dimulai.

Saya jadi membayangkan wedang jahe di jaman nenek moyang kita, yang bisa jadi saat menyelesaikan satu pertikaian dengan cara "diplomasi wedang jahe", yang lantas kehangatannya meluluhkan sehingga terajut persaudaraan.

Sepertinya begitu sehingga tetap membumi hingga sekarang....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun