Melihat para mahasiswa ini "bergerak", jiwa saya pun bergejolak. Rasanya saya ingin mengikuti perjalanan mereka, berbaur bersama mereka sekaligus ingin melihat situasi terkini Istana Negara.
Jadi mengingatkan saya ketika mahasiswa yang juga ikut long march saat gerakan mahasiswa Mei 1998 yang menyerukan agar Soeharto mundur dari jabatannya sebagai presiden. Menegangkan dan mendebarkan.
Terakhir berbaur dengan massa demonstrasi itu pada September 2019 di depan gedung DPR/MPR yang menolak RUU KUHP, revisi UU KPK dan sejumlah RUU bermasalah lainnya.Â
Demonstrasi ini menimbulkan kerusuhan. Saya pun lari ke sekitar Bendungan Hilir lewat permukiman warga setelah diseberangkan aparat kepolisian yang berjaga dari Gedung DPR/MPR.
Berhubung saya harus mengikuti agenda berikutnya hasrat untuk melihat suasana aksi secara dekat pun tidak jadi. Apalagi saya sudah terlambat, tapi relasi saya masih menunggu saya di ruang kerjanya. Saya pun lanjut pulang dengan naik kereta.
Pemandangan yang sama saya temui di sekitar Stasiun Lenteng Agung. Mahasiswa dari berbagai kampus tampak bergerak berkumpul di titik berikutnya.Â
Saya melihat mereka menumpang mobil bak terbuka dan truk yang cukup membuat antrian kendaraan di belakangnya memanjang. Mereka berteriak saling memberikan semangat.
Saya sudah bisa menduga mereka akan ikut "berjuang" bersama rekan-rekan mahasiswa lainnya. Janji massa untuk turun ke jalan sepertinya bukan bualan belaka.Â
Bahkan mereka berjanji aksi ini akan terus berlanjut hingga titik darah penghabisan. Alasannya, agar generasi berikutnya tidak merasakan dampak dari UU ini.
Ketika saya akan memesan ojek, saya perhatikan dua mahasiswa yang berdiri dekat saya sedari tadi sibuk dengan telepon genggamnya. Tampak berkomunikasi dengan kawannya untuk memastikan posisi yang lain sudah di mana.
"Buruan, gue di bawah JPO ya. Yang lain sudah kumpul," katanya yang terdengar oleh telinga saya.