Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Humor

Gadis Bolong

1 Oktober 2020   08:18 Diperbarui: 1 Oktober 2020   16:04 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemarin sore itu cuaca terlihat cerah. Wajah langit Citayam begitu teduh. Tidak ada tanda-tanda hujan akan turun sebagaimana yang diprediksi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Saya sedang di teras rumah sambil menyeruput teh manis dan kue kelapa yang masih hangat. Ditemani gemericik air yang terdengar dari aquarium milik suami. Terdengar pula lagu lawas yang sering disetel suami.

Sambil menyeruput saya mengetik. Beberapa alenia saya berhenti lalu main game, membaca berita, dan menonton. Terus lanjut mengetik. Saya benar-benar ingin santai menikmati senja yang indah.

Saya sedikit terusik di senja yang tenang itu saat terdengar Nyai Mahmud nyerocos saja. Dari suaranya saya sudah bisa memastikan itu suara tetangga sebelah. Soalnya dia tidak berhenti-henti ngedumel. 

Meski suaranya tidak keras, tetap terdengar oleh saya. Ketika saya mengintip karena kebetulan rumah saya dan rumahnya bersampingan, ia tengah menyapu halaman rumah.

"Dasar janda," dumelnya dengan mulut dimanyun-manyunkan sambil tetap menyapu. Halaman rumahnya sih tidak luas, tapi menjadi terlihat cantik karena dipenuhi dengan tanaman. Ada yang berbunga, ada yang tidak.

Ocehannya soal si janda yang entah siapa yang dimaksud, belum juga berhenti. Karena penasaran, saya menghampiri tetangga dekat saya itu dari balik pagar tembok seukuran dada saya.

Perempuan muda yang cantik, berkerudung dengan senyum yang manis. Matanya sipit seperti saya. Kebetulan saya dan tetangga saya ini sama-sama pekerja lapangan, jadi sering bertemu tanpa sengaja di "lapangan yang sama".

"Assalamu'alaikum jeng Mahmud," sapa saya. "Wa'alaikumsalam. Eh Mbak Tety," balasnya. Ia menghentikan sejenak kegiatan menyiram tanamannya lalu menghampiri saya, tapi tetap dengan berjarak.

"Ada apa sih, dari tadi ngedumel aja," kata saya. "Ada masalah ya?" selidik saya. Bagaimana saya tidak penasaran, dia ngedumel-ngedumel sendiri soal janda. Apa suaminya kepincut janda?

"Oh, nggak ada masalah kok," katanya. Tangannya terlihat menggunting daun yang mati. Ia memang begitu hobi menanam tanaman untuk menghilangkan rasa suntuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun