Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tidak Perlu Malu Belajar Tahsin Al Quran di Usia yang Tak Lagi Muda

15 Agustus 2020   10:20 Diperbarui: 15 Agustus 2020   12:08 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Pagi ini, Sabtu (15/8/2020), setelah tertunda sekian bulan akibat pandemi Covid-19, akhirnya pembelajaran tahsin pun dimulai. Ya tentu saja secara daring. Saya dan beberapa peserta yang tinggal di kompleks yang sama pun standy dari jam 6 pagi. Pembelajaran dijadwalkan berlangsung selama 2 jam.

Seperti halnya belajar dari rumah yang diikuti para siswa, belajar tahsin dari rumah pun dihadapi sejumlah kendala. Terutama menyangkut kualitas jaringan yang kurang ok. Suara pengajar juga naik turun, belum lagi timbul tenggelam, dan suara yang mantul.

Saya tidak tahu apa penyebabnya. Apakah dari kualitas jaringan WiFi di rumah saya, hp saya, atau dari peserta lain? Tapi sepertinya, keluhan semua peserta sama.

Sebagaimana para siswa lainnya, meski kondisi "di lapangan" kurang kondusif, peserta tahsin yang semuanya perempuan, lebih tepatnya, para ibu, tetap antusias mengikuti arahan yang disampaikan guru tahsin, ibu Zahra Faiza.

Ketika saya tanya apakah memungkinkan untuk belajar secara tatap muka mengingat pesertanya tidak sampai 30. Bukankah batas maksimal berkerumun dibatasi hingga 30 orang?

Namun, guru tahsin bilang belum memungkinkan karena yang namanya belajar tahsin kan disertai dengan setoran bacaan, dan itu berarti harus saling berhadapan dengan jarak cukup dekat. Meski sama-sama memakai masker dan face shield, tetap saja beresiko

"Apalagi kan kasus Covid-19 sekarang tanpa disertai dengan gejala atau OTG. Kita kan nggak ingin saya atau ibu-ibu terkena Covid-19 karena kan dikhawatirkan menulari ke yang lain, ke anak-anak kita atau keluarga kita," katanya.

Ya memang sih yang namanya belajar bersama guru idealnya lebih enak secara tatap muka karena kesalahan-kesalahan bisa diperbaiki secara langsung dan jelas. Tidak ada kendala seperti dilakukan secara daring. Tapi apa boleh buat, tiada rotan akar pun jadi.

Istilah tahsin sendiri sudah tidak asing lagi didengar oleh mereka yang selalu berusaha memperbaiki bacaan Alquran. Karena ternyata, meski saya sendiri sudah merasa "lancar" membaca Alquran, bukan berarti apa yang saya baca itu dibaca dengan "baik dan benar".

Dokpri
Dokpri
Terlebih cara baca huruf Alquran ini memang kerap disandingkan dengan istilah tajwid. Karena apa yang kita baca itu ya harus sesuai tajwidnya. Bagaimana panjang dan pendek huruf dibaca. Yang harusnya dibaca dua harkat eh malah dibaca 1 harkat. Yang harusnya bacanya pendek, eh dibacanya panjang. Salah membaca berarti salah juga artinya.

Seperti halnya kita belajar bahasa Inggris, salah penulisan, salah pengucapan, ya berarti juga salah dalam pemaknaan. Bukan begitu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun