Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Perkantoran Jadi Klaster Penularan Covid-19, Ini yang Harus Kita Perhatikan Bersama

29 Juli 2020   07:43 Diperbarui: 31 Juli 2020   06:20 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden, Senin (27/7/2020), menyampaikan, perkantoran di DKI Jakarta telah menjadi klaster penularan.

Ditandai dengan adanya kenaikan kasus di wilayah perkantoran. Yang jelas perkantoran yang dimaksud mulai dari lembaga negara hingga swasta. Dari masing-masing perkantoran itu sudah memunculkan kasus baru Covid-19.

Berdasarkan data yang bocor ke masyarakat, termasuk ke hp saya, per 25 Juli saja menunjukkan akumulasi data 59 klaster kantor dengan 375 kasus positif.

Jadi, ketika kemarin, Selasa (28/7/2020) saya ada pertemuan di kantor Badan Standarisasi Nasional (BSN) di gedung Kemenko Kemaritiman, Thamrin, saya agak was-was juga. Terlebih saya termasuk orang yang beresiko tertular jika dilihat dari riwayat penyakit saya (kanker).

Ya memang sih BSN tidak termasuk dalam list 59 klaster kantor yang dishare kawan saya di group, bukan berarti BSN "aman-aman" saja. Begitu pikiran saya. Mengapa? Karena gedung Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) serta gedung Indosat masuk dalam 59 klaster tersebut.

Gedung Kemenristek masih satu area dengan kantor BSN. Hanya beda gedung saja. BSN di gedung depan dekat pinggir jalan, Kemenristek di gedung belakang. Meski jarak antara gedung 1 dan gedung 2 ditempuh dengan berjalan kaki, tapi tetap saja termasuk dekat.

Sementara gedung Indosat juga tidak begitu jauh dari gedung BSN. Hanya terpisah oleh gedung Kementerian Agama dan gedung Bank Indonesia. Untuk bisa sampai ke dua gedung ini bisa dilalui dengan berjalan kaki. Dan, saya sering melakukannya.

Jadi sudah bisa terbayang oleh saya kalau kantor BSN "dibayang-bayangi" penularan Covid-19. Terlebih virus Corona bisa bertahan selama 8 jam di udara terbuka. Potensi penularannya tidak lagi berjarak 1 meter sampai 2 meter, atau bahkan 4 meter.  Yang bisa saja menempel di saya saat berada di area itu. Siapa yang bisa menjamin saya "aman-aman" saja?

Karena pertemuan ini cukup penting buat saya, saya pun menyatakan kesediaan saya untuk hadir. Sebagai antisipasi agar tidak tertular atau bahkan menulari Covid-19, saya pakai masker, face shield, dan sarung tangan sebagai "senjata" saya melawan Covid-19. Sementara untuk cuci tangan atau hand sanitizer sudah bisa dipastikan disediakan.

Sejumlah protokol kesehatan Covid-19 pun diterapkan saat saya memasuki gedung BSN. Yang biasa pertama kali dicek ya suhu tubuh pakai thermo gun. Saat dicek tertera suhu saya 36,5 derajat selsius. Lalu saya pun diperkenankan masuk.

Pertemuan itu sendiri ada di lantai 9. Berarti untuk bisa sampai sini saya harus naik lift, yang hanya memuat 9 orang saja, dengan posisi dua di dekat pintu lift, dua menghadap belakang, dua menghadap samping kanan, dua menghadap samping kiri, dan 1 di tengah.

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Di ruang pertemuan dengan Kepala BSN Bapak Kukus S Ahmad berlangsung juga diterapkan protokol kesehatan Covid-19. Kami tidak diperkenankan duduk di area yang ada tanda silang merah berukuran besar.

Jarak saya dengan dengan kawan di samping saya sekitar 1 meter. Kami juga tidak boleh makan dan minum, serta tidak boleh bertanya setelah pertemuan usai. Pertanyaan boleh diajukan saat pertemuan masih berlangsung.

Aturan ini ya bisa dimaklumi jangan sampai memunculkan kasus baru yang menambah jumlah yang sudah ada. Tinggal kita-nya saja yang harus mematuhinya. Kalau demi kebaikan bersama ya seyogyanya harus ditaati. Tidak boleh diabaikan. Itu sama saja dengan egois, berbuat dholim pada diri sendiri dan orang di sekitarnya.

Pertemuan yang dihadiri sekitar 15 orang itu (karena tempat duduk yang dibatasi) hanya berlangsung sekitar 1 jam. Waktu yang tidak lama ini mungkin untuk menghindari potensi penularan. 

Tidak ada sajian yang bisa dimakan di lokasi. Makanan sudah disajikan dalam kemasan, dan tidak diperkenankan makan di area kantor seperti biasanya. Saya sih tidak masalah, kan buat kemashalatan bersama, kesehatan bersama. Makanan ini lalu saya masukkan ke dalam tas.

Kami pun lantas bergegas ke luar ruangan, lalu memasuki lift dengan posisi yang sudah ditandai di lantai lift. Karena kami jarang bertemu sejak pandemi berlangsung, kami abadikan pertemuan ini dengan sekali jepret. Kami pun pulang karena hari itu tidak ada agenda lagi kecuali saya yang mampir ke sekolah anak saya untuk ambil buku paket pelajaran.

Saya (dan masyarakat lainnya) sepertinya tidak perlu terlalu khawatir untuk beraktivitas di luar jika selalu bersikap waspada dan patuh terhadap protokol kesehatan. Yang harus diperhatikan juga urgensi aktifitas itu. Kalau tidak terlalu penting, saya biasanya memutuskan untuk tinggal di rumah saja.

Bagi mereka yang bekerja di kantor, menurut saya, harus juga tetap mengenakan masker dan menjaga jarak fisik, serta selalu mencuci tangan sebelum dan usai beraktivitas di kantor.

Saat ini saya "melihat" banyak pekerja menilai diri mereka sehat. Padahal, Covid-19 bisa memapari mereka dengan tanpa gejala. Ini yang kurang disadari oleh warga. Mereka menyangka mereka sehat sehingga lupa ternyata ada orang tanpa gejala.

Menurut saya, kalau ditemukan ada warga yang lalai menerapkan protokol kesehatan Covid-19 ya perlu ditindak tegas oleh pemerintah atau aparat. Mulai dari peringatan, sanksi denda, sanksi sosial, hingga sanksi penjara. Terlebih kan pandemi ini sudah berlangsung selama 5 bulan terakhir ini. Masa tidak sadar-sadar juga?

Ya untuk efek jera, shock therapy. Karena masalah Covid-19 ini bukan masalah main-main. Ini menyangkut hajat hidup orang banyak yang harus kita waspadai bersama. Bukan begitu?

Mari kita berdoa bersama semoga badai Covid-19 ini segera berlalu...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun